Sebenarnya Prabowo bisa memilih tidak maju sebagai cawapres dan bersikap abstain aktif, seperti Partai Demokrat pada Pilpres 2014 ini. Akan tetapi demi menghargai konstituen, para pemilih Partai Gerindra Prabowo menerima ajakan Megawati untuk menjadi cawapres. Sikap kemauan ini bagian dari etika moral politik agar PDI Perjuangan bisa memiliki tiket capres-cawapres pada Pilpres 2009. Bahkan dalam kesepakatan koalisi batu tulis itu ada komitmen politik yang secara etika moral politik belum bisa dipenuhi PDI Perjuangan. Hal ini menunjukkan bahwa sosok kebersahajaan dan kelegowoan Prabowo sebagai sosok politisi yang santun.
Dengan majunya jokowi sebagai capres, bisa dibilang Prabowo sudah ditikam dari belakang atau dihianati dan bahkan didzolimi. Kata pepatah orang Madura "sela etapo' ekala' odheng-nga," atau sudah dipukul mukanya, pecinya juga diambil paksa. Tetapi sampai saat ini menjelang coblosan, tidak tampak dirinya emosi atau geram dengan kejadian yang menimpa dirinya. Prabowo tetap menundukkan kepala penuh rasa hormat kepada pesaingnya, yang pernah dibesarkan olehnya.
Menurut saya politik selain penuh dengan etika moral juga harus penuh konsistensi atau istiqomah. Tetap teguh pada pendirian dan konsistensi tinggi. Sebagai politisi muda saya pernah menolak tawaran sogokan/suap 2 Milyar untuk mundur atau mencabut dukungan kepada salah satu kandidat pada Pilkada Jatim 2013 yang sudah secara bulat diatas kertas saya dukung. Tawaran itu saya tolak mentah-mentah demi menjaga moralitas politik dan politik yang penuh konsistensi.
Andai saja saya menjadi seorang jokowi, tawaran dan godaan menjadi capres akan saya tolak, sebagai wujud komitmen menghargai senior-senior yang sudah mendukungnya dan membesarkan namanya. kesabaran dalam proses kekuasan sangatlah penting demi etika politik yang nyata.
Jimly Asshiddiqie Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) pernah mengatakan pada saya, saat bersaksi dalam sidang sengketa Pilkada Jatim 2013, tepatnya 27 Juli 2013 di ruang sidang DKPP. "orang yang melanggar etika belum tentu melanggar hukum, orang yang melanggar hukum pasti melanggar etika, tetapi ketika kita melanggar etika orang akan diberi sangsi sosial pada masyarakat." Saya menilai jokowi sudah melanggar etika moral politik dan tentunya sebentar lagi akan menerima sangsi sosial dari masyarakat dengan tidak memilih pasangan capres-cawapres Jokowi-Jusuf Kalla dan malah memilih Prabowo-Hatta. Fastabiqul Khairaat, Salam.
*Penulis adalah Aktivis Mahasiswa Surabaya 1998-2006, Mantan Ketua PW Partai Matahari Bangsa Jatim, Ketua Umum Laskar Barisan Amanat Nasional (Laksamana).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H