Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nampak Terang 'Sampan Itu, Berlayar' di 'Teluk Tradisi'

26 Februari 2024   11:08 Diperbarui: 26 Februari 2024   11:19 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel "Sampan Itu Samar Menghilang ke Utara", terhitung cukup tebal, dengan 400-an halaman. Membutuhkan waktu cukup panjang menyelesaikan pembacaannya. Saya menekuni dalam tiga hari tiga malam pembacaannya. Di akhir pembacaan, saya merasa, telah selesai membaca sebuah 'babad tanah leluhur'.

Struktur cerita, jika difase-fasekan, akan tampak dalam beberapa bagian utama: fase jatuh cinta ke dua tokoh utama (Tappa dan Lissiq Manurung), fase pernikahan, dan fase pasca-penikahan.

Kisah yang paling banyak mengambil space cerita adalah proses percintaan kedua tokoh, yang digambarkan oleh penulis dengan 'mengharu biru'. Secara pribadi, saya larut dalam emosi yang dimainkan penulis dalam 'cinta yang tidak biasa itu' antara Tappa dan Lissiq.

'Refleksi psikologi' yang diderita dua sejoli, yang menjalin hubungan cinta tak lazim itu, lamat-lamat juga merasuki wilayah emosi, ketika membacanya. Beberapa kejutan-kejutan, muncul membawa 'jawaban-jawaban' rasa penasaran.

Melewati fase itu, masuk ke fase menikah hingga pasca-menikah, saya merasa, penulis kehilangan fokus, untuk bermain dengan ceritanya. Sebagaimana, yang telah dilakukan pada setengah isi dari novelnya ini.

'Kehilangan fokus' itu mulai nampak hilang, terutama, ketika memasuki babak akhir di fase 'jatuh cinta', jelang memasuki fase 'menikah': konstruksi cerita, kehilangan dinamikanya.

Tempo cerita bergerak tergesa-gesa, sepertinya karena 'sangat ingin' menekankan 'moral' balas budi antar-kedua tokoh. Kemudian cerita bergerak, landai dan cenderung flat, hingga akhir. Tetapi beberapa babak dalam cerita 'bulan madu' ke dua tokoh, sedikit membuat 'sesak nafas'. Beberapa 'adegan kamasutra' yang diperagakan, cukup mengguncang 'hasrat'.    

Praktis, saya memperoleh 'nikmat' membaca cerita, hanya pada fase ketika ke dua tokoh, sedang dimabuk asmara.

Dinamisasi cerita, yang 'mulai' hilang sejak, memasuki fase menikah hingga akhir, tidak mengurangi dan merusak struktur cerita, yang kelihatannya dibangun dengan sangat terencana oleh penulisnya.      

 

Indikasi Tradisi dan Historis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun