Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Provokator, Dedemit yang Gentayangan

5 Oktober 2023   07:51 Diperbarui: 5 Oktober 2023   07:54 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Provokator asli inilah yang sekarang gentayangan kemana-mana. Di setiap wilayah sangat gampang merubah identitas hingga tidak terlacak, sangat dengan mudah merubah wujud dengan bermacam-macam topeng politis sehingga tidak terdeteksi, berjalan dan mengendap sambil mengendus-endus mangsanya tanpa meninggalkan jejak. Dan tanpa kesulitan bisa saja tiba-tiba memasuki istana dan seketika hadir di depan presiden sambil menodongkan pistol di kepalanya dan memaksa presiden untuk meletakkan jabatannya dan secepat kilat dia menggantikannya.

            Dan boleh jadi nanti kita tidak diperintah oleh presiden yang reformatif tetapi 'presiden' yang provokatif dan jadilah negeri ini negeri provokator.

            Ada provokator yang lebih misterius dan lebih gentayangan dibanding misteriusnya dan gentayangannya provokator yang sekarang masih belum ketahuan rimba dan batang hidungnya. Provokator yang begitu sangat kejam dan bengis membantai dan mencabik-cabik tubuh kemanusiaan kita sendiri.

            Bisa seketika mencemplungkan kita dalam kebinasaan paling biadab dari kebinasaan-kebinasaan yang sering kita saksikan disetiap tontonan kerusuhan. Bisa begitu dengan romantisnya menjatuhkan kita ke lembah nista paling dalam dan tidak ada lagi 'harapan' untuk kembali ke puncak.

            Ini provokator yang sering berbisik merdu di telinga tanpa kita sadari, hasil bisikan itu mengajak kita meninggalkan wujud murni kedirian kita, wujud fitrah kemanusiaan kita, yang sering mengajak untuk menjauhi kesadaran kita tentang kebenaran Ilahiyah. Dan lalu meninggalkan dan menertawai kita dari tempat 'persembunyiannya' yang begitu dekat. Bahkan tidak segan-segan mengajak kita bersama-sama berpesta merayakan kemenangannya.

            Dialah provokator yang lembut dan halus budi bernama setan atau iblis. Terkadang menjelma dalam nafsu rendah duniawi dan ego kebinatangan kita. Dialah provokator yang gentayangan diantara kepala dan batin kita, tanpa kita kenal wujud aslinya. Yang memancing dengan kenikmatan dan kesenangan sesaat dan semu.

            Lucunya kita memang mahluk yang senang digoda dan diprovokasi. Terbukti kita senang 'merawatnya' dibalik kemewahan materi dan kemegahan 'intelek' dalam keseharian kehidupan ini. Sampai-sampai di dalam kamar mandi pun kita gampang diprovokasinya.

30 April 1999

#Sumber Esai: Syafruddin Muhtamar, Mengubur Air Mata, Tanda Pustaka, 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun