Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wajah Suci di Balik Puisi: Membaca 43 Puisi "Cinta Rasulullah" Penulis IPMI*

26 Juni 2023   10:11 Diperbarui: 27 Juni 2023   11:13 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

* Materi ini disampaikan dalam Launching dan Diskusi Buku "Kumpuluan Puisi Cinta Rasulullah"

Sebuah buku berjudul "Kumpulan Puisi Cinta Rasulullah", dengan 22 penulis, terbit tahun 2023, oleh IPMI (Ikatan Penulis Muslim Indonesia). Oleh Inisioator IPMI, saya diminta untuk memberikan 'pendapat' mengenai puisi-puisi yang ada di dalamnya. Meski berat menerima, karena kemampuan terbatas. Jika pun kemudian saya memberikan 'pendapat' maka itu hanya sebagai perspektif  golongan 'peminat sastra' bukan pandangan golongan 'ahli sastra'. Oleh karena itu, pandangan berikut ini hanya bersifat 'testiominal' saja atas pembacaan buku kumpulan puisi tersebut.

Jika tidak salah hitung, kuantitas puisi dalam 'buku kumpulan' ini berjumlah 42 judul. Satu persatu saya membaca sejumlah puisi-puisi itu. Dari lompatan satu puisi ke puisi lain, dalam setiap rentangnya saya menemukan, serpihan-serpihan 'diri/wajah suci' Rasulullah SAW. Menyaksikan serpihan itu, membuat saya sangat bersyukur karena dapat menjadi saksi atas 'perkataan-perkataan yang baik' dari 22 penulis puisi mengenai mahluk terbaik alam semesta ini. Mengenai mahluk kecintaan dari Pemilik alam semesta, mengenai mahluk yang menjadi alasan mengapa Dia menciptakan alam semesta. 22 penulis ini, menulis tentang kekasihNya, Muhammad SAW.

Sesaat hati terpanah asmara suci. Setiap bait-bait puisi yang terbaca, begitu 'asyiq dan masyuq' melukis diri sang kekasih (Muhammad SAW). O, bagaimana menilai puisi-puisi ini, ketika para penulis telah menyuguhkan mosaik 'wajah agung nan suci' meski dalam penggalan-penggalan. Karena terkesimah pada 'wajah agung' itu, tercentang ketukan dalam benak pikir: apakah masih relevan menilai media, tempat atau wadah dari dan dimana wajah kekasihNya itu di tampilkan? Ketika sosok pribadi dan wajah yang di tampilkan di balik lipatan-lipatan kata itu, yang keagungannya, kesuciaanya, kemuliaannya, dan kekasih dari Tuhannya, telah melampaui semuanya! Melampaui segala realitas 'tempat' hadirnya.

Sumber IPMI
Sumber IPMI

Apakah puisi-puisi ini mengambil jalan romantisisme, impresionisme, filosofis maupun mistisisme, menjadi terabaikan. Apakah dia berwadag puisi liris, sonata, kasidah, pantun, dan semacam lainnya, juga terlupakan. Lalu apakah yang relevan? Diri agung dan wajah suci itu sendirilah yang relevan. Tempatnya Ia di puji, disanjung, diceritakan, ditampilkan menjadi, menjadi 'tidak relevan' karena kehadiran pesona sang kekasih di dalamnya.

Sang mahluk agung dan suci ini hadir dari balik ribuan 'kata-kata puitik', meskipun dalam 'potong-potongan cahayanya': tetaplah setiap spektrumnya membawa serta pesona yang 'memabukkan'. Allahumasalli ala sayyidina mumahham wa ali sayyidina mumammad. Sensasi kemabukan pada 'Rasulullah' yang ditampilan ini, membuat seluruh bentuk yang mengusungnya hadir: dari semburat kata-kata yang sederhana, yang berat, yang rendah maupun yang tinggi, yang kuat mapun yang lemah, goresan kalimat yang mengayun lembut, yang bergerak kaku, yang terususun 'tak logis' dan maupun tertata logis, melebur dan bercampur aduk dalam kemabukan 'menatap' wajah suci nan mulia ini.

O, seluruh puisi-puisi ini tidak berdaya di hadapan cahaya murni wajah sang kekasih, puisi-puisi itu meringkuk menyembunyikan dirinya, tak sanggup sepenuh daya mengusung cahaya mulia itu. Maka, masihkah relevan, tata kata-kata dan susunan kalimat-kalimat, ketika kemuliaan diri Rasululah telah nampak? Tidak ada lagi yang relevan selain kesucian dan kemualiaannya itu sendiri.

Sumber : IPMI
Sumber : IPMI

Ini versi pembaca yang sedang mabuk kepayang pada obyek garapan 42 puisi dari 22 penulis IPMI ini. Untuk menghilangkan kemabukan ini, saya membuat 'tabel kecil' untuk 'mengideksasi' isi hati dalam kumpulan puisi ini. Dari 'kolom' judul ditemukan 6 kata 'rindu', 5 kata 'cinta' 8 kata Muhammad (kata ganti+kata yang mewakili 'nama' muhammad) dan 2 kata Cahaya (kata identik). Secara 'obyektiv' hal yang dipuisikan dalam buku ini mayoritas tentang Nabi Muhammad SAW, kemudian hal kerinduan dan hal kecintaan. Maka 'tidak mengapa' dan 'tidak salah' jika dikatakan mayoritas penulis dalam kumpulan puisi ini, juga sedang dirundung rindu dan cinta kepada sosok Hamba Allah SWT yang paling di sayanginNya itu, Rasulullah Muhammad SWA.

Table indeksasi ini, membawa pikiran kearah: seberat apa rindu dan sayang itu pada Muhammad SAW? Pertanyaan ini 'penting' karena akan berkenaan dengan kapasitas subyek (penulis), yang dengan kapasitas itu mereka memuji, memuja dan mengagungkan dan memuliakan yang di rindu dan di cinta itu sebagai obyek yang ditampilkan dalam kata-kata dan kalimat-kalimat puitik.

Kapasitas subyek yang dimaksud adalah pengenalan subyek (penulis) sebagai perindu dan pecinta kepada obyek (Muhammad SAW) yang dirindu dan yang dicinta tersebut. Pendekatan ini, kita sebut saja 'relasi subyek-obyek'. Relasi antara subyek (penulis) dengan obyek (Muhammad SAW) terbubung (dalam kaitan dengan puisi yang dibangun) melaui kapasitas yang dimiliki penulis ketika meng-puisi-kan Muhammad SAW. Pengenalan, kita samakan dengan pengetahuan. Maka kapasitas adalah pengetahuan mengenai obyek yang dimiliki oleh subyek.

Jika merujuk pada sistem kefilsafatan pada umumnya, bagunan 'kesempurnaan' itu bertumpuh pada dudukan Ontologis, Epistemologis dan Axiologis. Ketiganya menjadi satu kesatuan utuh. Maka ukuran kapasitas juga secara idealnya berdiri diatas hakikat pengetahuan, cara pengetahuan itu diperoleh dan bagaimana pengetahuan itu diperaktekkan.

Pengenalan penulis kepada obyek secara ontologis berarti memahami hakitat eksistensi Rasulullah SAW, secara epistemilogis berarti pengetahuan itu diperolehnya dengan jalan rasional (akal) atau dengan jalan intuitif (hati) dan, secara axiology (praktik) berarti apa-apa yang dari sisi Rasulullah itu yang telah dijalankan. Jika ketiga ini berjalan paripurna, maka subyek (penulis) akan dilengkapi kapasitas secara 'permanen' yang juga sempurna mengenai obyek tersebut. Kapasitas inilah yang menjadi modalitas untuk melukiskan obyek tersebut, baik secara intektual maupun secara estetik dalam sastra.

Sumber : IPMI
Sumber : IPMI

Disamping tentunya kapasitas lain terkait 'kekampuan' berpuisi itu sendiri. Terutama apa yang disebut dengan istilah 'gaya bahasa' oleh ahli sastra. Karena puisi sebagai bentuk 'pengungkap maksud hati' dengan kata dan kalimat-kalimat, maka 'gaya berbahasa' juga perlu pertimbangan yang ketat.

Meski demikian, berdasarkan pengalaman pribadi, 'kekuatan dan kelemahan' puisi pada akhirnya hasil eksekusi tangan 'kapasitas'. Kita dapat menemukan karya-karya puisi yang kita terus berubah seiring waktu berjalan, karena beriringan perubahan pada 'kapasitas pengalaman, pengetahuan dan motiv' yang kita miliki dalam pergulatan hidup kita.

Selebihnya, buku "Kumpulan Puisi Cinta Rasulullah" menjadi pembuka harapan baru bagi 'gelora' gerakan sastra Islam, yang mungkin hari ini makin meredup. Kebudayaan Islam begitu kaya akan sumber-sumber inspiasi bagi individu-indidu muslim yang bekerja di jalur kreatif. Alquran dan Sunnah, ibarat 'sumur tanpa dasar' bagi kreatifitas manusia. Pengalaman historis ummat muslim dalam semua fase sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, dan wilayah-wilayah geografis tempat masyarakat muslim hidup beserta kebudayaan lokalnya, dengan seluruh tantangan peradaban yang di hadapi kaum muslimin dan ummat manusia secara universal, seluruhnya dapat menjadi sumber kreatif tak terbatas, bagi pekerja kreatif dalam semangat 'cinta dan kasih sayang' yang tertanam dalam pondasi iman muslim kita.

Kita semua berharap, kerja-kerja kecil dan besar dalam menghidupakan kecintaan pada Rasulullah SAW dalam ragam karya intelektual maupun sastra, dapat membudaya, agar rahmatNya turun bagi kita semua, ditengah 'huruhara dunia' akhir zaman ini.

Mungkin riak-riak kecil dari rahmatNya 'telah turun' karena buku "Kumpulan Puisi Cinta Rasulullah", hadir disini. Minimal rahmat damai di hati karena masih bersemayamnya rasa cinta dan rindu buat beliau, Muhammad SAW.  

SM. Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun