Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani, menyebut ada 41 'jalan' yang diwariskan Nabi Mulia SAW. Satu jalan dari jalur Sayyidina Abu Bakar ass-Shiddiq dan 40 'jalan' lainnya dari Imam Ali Karamllahu Wajehahu. Satu jalan dari jalur Sayyidina Abu Bakar ass-Shiddiq itulah tariqah Naqsyabadiyah.
Tariqah Naqsyabandi adalah jalan penantian akan Kehadiran. Setiap jalan spritual yang diwariskan Rasulullah SAW merupakan jalan makrifatullah (pengenalan dan perjumpaan). Abu Yazid al-Bisthami, menyebut tujuan akhir di jalan ini adalah untuk mengenal ALLAH SWT di dunia, untuk meraih Hadirat-Nya, dan bertemu denganNya di Hari Kemudian.Â
Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani menyatakan: jalan Naqsyabandi telah dipilih sebagai satu gerbong lokomotif penantian kedatangan Imam akhir zaman, al-Mahdi AS. Beberapa wali agung dari jalan ini telah dianugerahi perjumpaan dengan sang Imam di 'alam gaibNya', khususnya syekh Khalid al-Baghdadi dan syekh Abdullah Faiz ad-Daqestani dengan membawa serta murid-murid utama, untuk menerima baiyat.
Bagi sebagian besar pikiran orang, 'berat', menerima informasi mengenai 'telah berjumpa' dengan al-Mahdi AS. Sebelum turun perintah tampil, dari Yang Mengutus-nya.Â
Namun dalam 'logika' tasawuf, hal semacam ini dapat diterima baik. Ajaran Islam mengehedaki pengikutnya memiliki Iman sejati. Keimanan sejati, mengantar pada penerimaan kalimat suci al-Quran secara umum. Secara khusus, kabar akan kedatangan al-Mahdi AS.Â
Keimanan sejati, juga memungkinkan perjumpaan dengan sang Utusan. Manusia-manusia agung dalam jalan Naqsyabandi, yang diberkahi makrifatullah sebagai waliNya, (sebagian) akan dan telah diberi 'jalan pertemuan', sebelum kehadiran sang utusan. Sebagai rahmatNya, untuk memberi bukti atas keberadaan sang utusan yang digaibkan. Dan sedang menungguh perintah penugasanNya.
Di abad ke 10, sang Nabi akhir zaman SAW dinanti dan ditunggu-tunggu. Dalam harap meluap-luap. Di abad 20 ini, khalifah terakhir ummat manusia, al-Mahdi As, juga diharapkan kedatangannya, segera. Dalam asa yang terayun diantara yakin dan gamang. Â Â Â
Para pencinta Kesejatian dan perindu Kemuliaan, menjadi Qais yang merindu pada Laila. Perih derita terasa dalam hasrat menanti. Nestapa, meremukkan dada dalam asa penungguan. Namun takdir kehadiranya tetap diatas tanganNya secara mutlak.
Di jalan Naqsyabandi, nafas berhembus lirih menyanyikan lagu rindu, dalam zikir-zikir yang panjang. Bersama dendang merdu shalawat al-Mahdi. Di jalan itu, sang pembimbing manusia ke jalan Haq di akhir zaman, tiada henti mendengungkan dalam lingkaran syuhbahnya mengenai cahaya yang dinanti, di akhir zaman ini.Â
Sang pembimbing tiada letih, dengan segenap daya upaya mengajak manusia, kembali kepada yang Haq. Dalam labirin dunia yang gelap dari cahaya keimanan sejati. Dunia di akhir zaman, menjelang kedatangan utusanNya yang terakhir.Â
Sampai detik akhir ketika nafas hendak berpisah dari raganya, syekh yang mulia lahir dan batin itu, maulana Muhammad Nazim Adil al-Haqqani, tetap mengisyaratkan kewajiban menunggu sang utusan akhir zaman.