Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Puisi: Ode Dari Negeri Paman Sam dan Cacian Demonstran

26 April 2022   08:21 Diperbarui: 26 April 2022   08:23 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ODE DARI NEGERI PAMAN SAM

Aku dapat kiriman puisi dari teman di Amerika, berbunyi begini :

Jika pagi

Jangan terlalu banyak sarapan demokrasi

Jika siang

Hati-hati mengunyah isu terorisme

Jika malam

Jangan terlalu banyak merenung tentang ham

Disini di negeri paman sam

Demokrasi, terorisme dan ham adalah zat pencampur

Warna warni lipstik untuk pelacur

Juga sebagai topeng  bagi tukang sulap

Di panggung sandiwara politik

Di sini di negeri paman sam

Helai-helai jiwa bayi luruh dari api kebebasan dan

Tertindas di bawah kaki patung liberty

Setiap pejalan kaki di bawah musim yang datang silih berganti

Adalah langkah gontai gelandangan yang terbuang

Rindu akan belaian jemari-jemari sutra bunda kehidupan

Setiap pandangan yang bertemu disela-sela kerja tiada henti

Adalah tatapan kosong membentur dinding-dinding gedung bisu

Mencari kecupan mesra bibir sang kekasih

Di sini di negeri paman sam

Ketakjuban mata berhenti di leher

Tidak ada tetes embun yang sejuk tiba di hati

Setiap musim adalah bunyi kretak ranting-ranting patah

Dan daun-daun kering terhampar resah sepanjang jalan berwarna hitam

Kaca-kaca bening jendela rumah buram

Sebab embun teroris dari pucuk-pucuk daun

Negeri paman sam

Perkampungan yang dibangun dengan semangat kembara

Para cowboy liar yang berkuda dengan pistol mengacung ke udara

Setiap suara ringkikan adalah nada dasar

Kitab-kitab imperialisme dan buku-buku kolonialisme

Setiap letusan pistol adalah tanda

Dari lambang kekuasaan yang harus digenggam teguh

Oleh tangan setiap presidennya

Jika pagi

Telusurilah kitab-kitab keabadian

Jika siang

Teteskan keringat merangkai kembang-kembang budayamu sendiri

Jika malam

Pejamkan mata, heningkan hatimu dan tangkap

Setiap makna yang lahir dari rahim negeri-negeri timur.

CACIAN DEMONSTRAN

Untuk Bush dan kawan-kawannya

Hatimu

Batu!

Hatimu

Batu!

Untuk Bush dan kawan-kawannya

Hatimu

Batu!

Hatimu

Batu!

Demikian bunyi tulisan yang tergeletak di atas kertas berwarna hitam yang bergulir-gulir di terpa angin kemarau yang melintas seketika pada senja itu, usai para demonstran melukis angin dengan teriakan dan caci maki atas gerhana yang menimpa negeri irak oleh dunia yang hatinya telah membeku.

Demikian bunyi tulisan di atas lembah sejarah modern ummat manusia yang  menyebut diri sebagai anak cucu simpanse.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun