Mohon tunggu...
Syafira Aulia Rangganis
Syafira Aulia Rangganis Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor

menulis sebagai bentuk pengembangan diri dan pembelajaran komunikasi efektif bidang agribisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pertanian Presisi: Solusi Mencapai Pertanian Berkelanjutan

17 Desember 2021   19:30 Diperbarui: 17 Desember 2021   19:33 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pertanian adalah sumber pangan bagi manusia. Namun sayangnya, menurut European Environment Agency, pertanian merupakan salah sektor dalam sistem sosio-ekonomi dan kesehatan yang terdampak perubahan iklim adalah pertanian. 

Kerentanan sektor pertanian—khususnya subsistem agribisnis usahatani—terhadap perubahan iklim dapat kita lihat dari terjadinya gagal panen akibat bencana alam hidrometeorologi yang terjadi, seperti banjir dan kekeringan. 

Dalam jangka panjang, perubahan iklim akan mengubah lahan yang tadinya dapat digunakan untuk aktivitas pertanian, menjadi minim unsur hara sehingga tidak bisa digunakan untuk memproduksi pangan.

Belum selesai dengan perubahan iklim, permasalahan lainnya yang dihadapi sektor pertanian dalam pemenuhan kebutuhan pangan adalah jumlah populasi dunia yang kian hari kian banyak. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman. 

Akibatnya, lahan pertanian untuk memproduksi pangan semakin sempit luasannya. Pada tahun 2050, dengan populasi global yang diperkirakan mencapai 9,8 miliar, persediaan makanan kita akan berada di bawah tekanan yang jauh lebih besar.

Lantas, bagaimanakah sektor pertanian di masa depan menjawab tantangan tersebut?

Pertanian presisi adalah solusi dari semua permasalahan tersebut. Pertanian presisi merupakan aktivitas pertanian yang menggunakan teknologi informasi seperti GPS, drone, dan sensor, sehingga pemberian nutrisi pada komoditas pertanian yang dibudidayakan sesuai dengan kebutuhannya. 

World Economic Forum memperkirakan jika 15-25% dari pertanian mengadopsi pertanian presisi, hasil pertanian global dapat ditingkatkan sebesar 10-15% pada tahun 2030, serta emisi gas rumah kaca dan penggunaan air dapat dikurangi masing-masing sebesar 10% dan 20%.

Peningkatan efisiensi dengan adanya pertanian presisi tentunya sesuatu yang diidam-idamkan oleh para petani. Peningkatan efisiensi akan menurunkan biaya produksi, sehingga pendapatan petani menjadi meningkat. Peningkatan pendapatan petani diharapkan juga meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga standar hidupnya juga meningkat.

Pada akhirnya, pertanian presisi turut berkontribusi menciptakan pertanian yang berkelanjutan. Pertanian presisi meminimalisir penggunaan input usahatani seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan, karena digunakan sesuai dengan waktu kebutuhan dan karakteristik lahan yang diusahakan. 

Adopsi pertanian presisi membuat produksi pangan tetap berjalan dengan kerusakan lingkungan yang minim. Dengan demikian, pangan tetap tersedia di masa depan dan lingkungan tetap lestari.

Bagaimana penerapan pertanian presisi di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, penggunaan teknologi pertanian untuk mengadopsi pertanian presisi masih menjadi tantangan besar. Masih banyak petani di Indonesia yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Hal ini membuat investasi teknologi pertanian presisi justru terasa sangat mahal. Hambatan lainnya dalam penerapan teknologi modern dalam sektor pertanian adalah literasi teknologi informasi para petani yang masih sangat minim. 

Akibatnya, banyak petani yang belum bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya. Meskipun ada petani yang cukup terliterasi teknologi informasi, kendala lainnya yang dihadapi adalah perangkat teknologi yang dimiliki ternyata sudah ketinggalan zaman, sehingga tidak kompatibel dengan teknologi pertanian yang akan diaplikasikan di lahannya.

Walaupun menghadapi banyak tantangan dan hambatan, pertanian presisi di Indonesia sudah mulai dilirik oleh petani yang cakap dengan teknologi. Di Desa Selaawi Kab, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, adopsi pertanian presisi sudah mulai dilakukan untuk komoditas padi.  

Penggunaan pertanian presisi meningkatkan produksi gabah kering panen dari 6,5 ton menjadi 9 ton per hektar. Teknologi pertanian presisi yang digunakan adalah pemasangan perangkat sensor tanah dan cuaca, sehingga petani bisa mendapatkan komposisi pupuk, waktu tanam, waktu panen, dan prediksi hama secara lebih presisi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun