Bagaimana penerapan pertanian presisi di Indonesia?
Di Indonesia sendiri, penggunaan teknologi pertanian untuk mengadopsi pertanian presisi masih menjadi tantangan besar. Masih banyak petani di Indonesia yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Hal ini membuat investasi teknologi pertanian presisi justru terasa sangat mahal. Hambatan lainnya dalam penerapan teknologi modern dalam sektor pertanian adalah literasi teknologi informasi para petani yang masih sangat minim.Â
Akibatnya, banyak petani yang belum bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya. Meskipun ada petani yang cukup terliterasi teknologi informasi, kendala lainnya yang dihadapi adalah perangkat teknologi yang dimiliki ternyata sudah ketinggalan zaman, sehingga tidak kompatibel dengan teknologi pertanian yang akan diaplikasikan di lahannya.
Walaupun menghadapi banyak tantangan dan hambatan, pertanian presisi di Indonesia sudah mulai dilirik oleh petani yang cakap dengan teknologi. Di Desa Selaawi Kab, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, adopsi pertanian presisi sudah mulai dilakukan untuk komoditas padi. Â
Penggunaan pertanian presisi meningkatkan produksi gabah kering panen dari 6,5 ton menjadi 9 ton per hektar. Teknologi pertanian presisi yang digunakan adalah pemasangan perangkat sensor tanah dan cuaca, sehingga petani bisa mendapatkan komposisi pupuk, waktu tanam, waktu panen, dan prediksi hama secara lebih presisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H