Sejenak setelah pagi menginjak siang
Sungai gersang itu mulai berwarna:
Hijau
Dari semua arah mata angin
Hijau, hijau dan hijau bermuara
Di depan rumah tua
Gelora yang tidak lagi bergelora
Sejak terompet tanda kemenangan
Menjadi kenangan
Pada puluhan ribu batin yang
Menyimpan dendam, tuntutan atau kemarahan
Yang tak tau kemana dilabuhkan
Penuhlah suangai itu sebelum siang
Bergelombang-gelombang
Perlahan berjalan selatan
Ikan-ikan menggerutu
Sebab sungai itu mengubah jadwal kerjanya
Berkali-kali memelototi jangan tangannya
“Sungai hijau, asu!”
Dalam batinnya ia megumpat
Sebab disebelahnya, buaya-buaya berjejer-jejer
Membawa spanduk-spanduk bertuliskan
Kata-kata tuntutan
Atau sekali lagi, suara kemarahan
Hendak kemana mereka?
Sementara dari kejauhan
Pasukan kepiting dan kura-kura
Melindungi sebuah rumah siput
Tempat para kera-kera berebut pisang
Kura-kura menjadikan cangkangnya tameng
Kepiting-kepiting menyiapkan capitnya
Menggeretak giginya
Ada kemarahan juga pada batin mereka
Entah karena tak dilayani istri di rumah
Entah karena harus berpanas-panas tengah hari
Oi, ada api!
Ada api di dada mereka para buaya!
Oi, ada api!
Di aliran sungai
Meletus-letus kembang api
Meletus-letus amarah
Demi apa buaya berarak?
Sejarah yang dihapus seperti papan tulis
Harga diri yang dicuri
Dipermainkan kesana kemari
-
Toko-toko tutup
Takut
Jalanan tutup
Dahi mengkerut
Kera-kera
Berlomba kentut
-
Menjelang senja
Jalanan lenggang
Kura-kura dan kepiting
Ngopi ngudud
Begitu juga buaya-buaya
Ngopi ngudud
Episode bakal berlanjut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H