Mohon tunggu...
Syafiq Muhammad
Syafiq Muhammad Mohon Tunggu... lainnya -

Mencoba kembali menjadi Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laporan dari Surabaya

18 April 2015   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14293578621377155802

Sejenak setelah pagi menginjak siang

Sungai gersang itu mulai berwarna:

Hijau

Dari semua arah mata angin

Hijau, hijau dan hijau bermuara

Di depan rumah tua

Gelora yang tidak lagi bergelora

Sejak terompet tanda kemenangan

Menjadi kenangan

Pada puluhan ribu batin yang

Menyimpan dendam, tuntutan atau kemarahan

Yang tak tau kemana dilabuhkan

Penuhlah suangai itu sebelum siang

Bergelombang-gelombang

Perlahan berjalan selatan

Ikan-ikan menggerutu

Sebab sungai itu mengubah jadwal kerjanya

Berkali-kali memelototi jangan tangannya

“Sungai hijau, asu!”

Dalam batinnya ia megumpat

Sebab disebelahnya, buaya-buaya berjejer-jejer

Membawa spanduk-spanduk bertuliskan

Kata-kata tuntutan

Atau sekali lagi, suara kemarahan

Hendak kemana mereka?

Sementara dari kejauhan

Pasukan kepiting dan kura-kura

Melindungi sebuah rumah siput

Tempat para kera-kera berebut pisang

Kura-kura menjadikan cangkangnya tameng

Kepiting-kepiting menyiapkan capitnya

Menggeretak  giginya

Ada kemarahan juga pada batin mereka

Entah karena tak dilayani istri di rumah

Entah karena harus berpanas-panas tengah hari

Oi, ada api!

Ada api di dada mereka para buaya!

Oi, ada api!

Di aliran sungai

Meletus-letus kembang api

Meletus-letus amarah

Demi apa buaya berarak?

Sejarah yang dihapus seperti papan tulis

Harga diri yang dicuri

Dipermainkan kesana kemari

-

Toko-toko tutup

Takut

Jalanan tutup

Dahi mengkerut

Kera-kera

Berlomba kentut

-

Menjelang senja

Jalanan lenggang

Kura-kura dan kepiting

Ngopi ngudud

Begitu juga buaya-buaya

Ngopi ngudud

Episode bakal berlanjut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun