Mohon tunggu...
Syafiq Luqman
Syafiq Luqman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Part of your move

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Sejarah dan Pengaruh Besar Masjid Gedhe Kauman

7 November 2024   14:30 Diperbarui: 7 November 2024   14:38 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masjid Gedhe Kauman yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Daerah Istimewa Yogyakarta ini berdiri megah di jantung Yogyakarta, lokasinya pun terletak sangat dekat dengan Keraton Yogyakarta. 

Masjid ini merupakan masjid tertua yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan awal sebagai tempat ibadah bagi umat islam saja, namun seiring berjalannya waktu masjid ini mengundang banyak minat pengunjung karena nilai sejarah dan budayanya yang masih kental hingga saat ini.

Sejarah Perjuangan dan Budaya

Secara sejarah, Masjid Gedhe Kauman dibangun pada tahun 1773 Masehi atau 1187 Hijriah. Pembangunan pertama masjid ini ditandai dengan candra sengkala berbunyi “Gapura Trus Winayang Jalma”. Selain berfungsi sebagai identitas Yogyakarta dalam menjadi kerajaan islam, dulu Masjid Gedhe Kauman juga pernah digunakan oleh TNI sebagai markas saat melawan agresi militer Belanda. 

Pada awal masa kepemimpinan Kesultanan Yogyakarta, masjid ini pernah menjadi pusat dilakukannya penyelesaian masalah yang terkait dengan hukum islam. Tidak hanya itu, masjid ini juga menjadi tempat segala kegiatan keagamaan lainnya seperti pertemuan para ulama, dakwah islamiyah, hingga peringatan hari-hari besar.

Kegiatan di Masjid Gedhe Kauman sangat beragam, masjid ini selalu mengadakan perayaan untuk hari-hari besar islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan masih banyak lagi.  Khususnya dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, masjid ini kerap mengadakan Upacara Sekaten yang dapat dihadiri oleh masyarakat sekitar mapun wisatawan. 

Dalam upacara ini Keraton membawakan gamelan yang diletakkan di dua sisi berlawanan pada halaman depan masjid dan dimainkan secara bergantian. Ada kegiatan yang ditunggu-tunggu saat upacara ini, dimana saat Keraton mengeluarkan gunungan-gunungan yang telah didoakan oleh penghulu Keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir sebagai bentuk Ngalap Barokah.

Beberapa kegiatan rutinan pun diadakan di Masjid Gedhe Kauman, salah satunya adalah kajian yang selalu dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu. Kajian ini diadakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman agama dan pembinaan spiritual warga sekitar, bahkan tidak hanya jamaah Masjid Gedhe Kauman saja yang bisa mendengarkan kajian, melainkan seluruh warga yang berada di sekitar masjid pun dapat turut mendengarkan kajian lewat pengeras suara yang dipasang di setiap sudut terluar masjid.

Bangunan Masjid Gedhe Kauman memiliki nilai budaya yang kental. Gaya arsitektur bangunan ini mengadaptasi dari Masjid Demak dan dikerjakan oleh Kiai Wiryokusumo. Terdapat 48 pilar didalam masjid dan 4 pilar utama dengan atap bersusun tiga, atau yang bisa disebut Tajug lambang teplok yang Secara filosofis, penggunaan tiga susunan tersebut memiliki arti iman, islam, dan ihsan. 

Yang menjadi ciri khas utama dari bangunan suci ini adalah terdapat mahkota berbentuk bunga dibagian atapnya, biasa dikenal dengan mustaka. Penggunaan mustaka juga turut digunakan sebagai tanda bahwa masjid ini milik Sultan.

Selama perjalanan sejarahnya, Masjid Gedhe Kauman sempat beberapa kali melakukan perluasan hingga renovasi. Perluasan pertama dilakukan dengan membuat serambi berbentuk limasan dua tingkat karena faktor jamaah yang terus bertambah. 

Perluasan kedua dilakukan pasca gempa bumi pada tahun 1867 yang meruntuhkan serambi masjid. Namun serambi tersebut dibangun kembali oleh Sultan Hamengku Buwono VI dengan luas dua kali lipat dari serambi masjid sebelumnya. Hingga pada zaman kemerdekaan Republik Indonesia, Masjid Gedhe Kauman mendapat perhatian dari pemerintah dengan terus diadakan renovasi dan berbagai bentuk pemeliharaan secara bertahap hingga saat ini.

Pengaruh bagi Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun