Sebagai orang Indonesia,kita memiliki agama sebagai pedoman hidup.Agama memiliki peran penting dalam mengatur dan mengendalikan kehidupan seorang individu.Selain itu,agama dapat menjadi pertahanan utama bagi individu yang mengalami depresi,gundah,gelisah,ataupun tengah berada dalam kondisi quarter life crisis.Namun,beberapa kelompok menganggap bahwasannya agama sudah tidak dibutuhkan,terutama pada masa modern.Kelompok kelompok ini biasanya berasal dari penganut liberalisme,atheisme,agnostic,atau kelompok kelompok yang berkutat dalam ruang lingkup akademik empiris.
     Walaupun terkesan cukup ironis,Sebagian besar kelompok manusia yang menolak relevansi agama dan bahkan menolak agama sebagai Solusi mental di masa modern berasal dari kalangan akademisi yang notabenenya merupakan individu yang terdidik.Para akademisi ini biasanya bergelar saintis,ilmuwan,sejarawan,bahkan beberapa guru besar dengan bermacam macam gelar yang terpasang di dadanya. (Sidabutar & Situmorang, 2022)
      Mengapa terdapat kelompok yang menolak relevansi agama di masa modern? Apa alasan mereka menolaknya? Apakah Agama memang sudah tidak dibutuhkan dan tidak relevan? Bagaimana pandangan umat beragama terhadap fenomena ini? Pertanyan pertanyaan tersebut akan coba kita bahas secara singkat tanpa menghilangkan esensi dari pertanyaan pertanyaan tersebut.
     Sejarah hubungan antara agama dan manusia telah ada sejak awal zaman.Pada awalnya,agama merupakan salah satu bentuk cabang dari budaya yang terlahir beriringan dengan berkembangnya kondisi kognitif manusia.Pada zaman dahulu,manusia memiliki kecenderungan untuk takut dan tunduk pada kekuatan alam.Ketidaktahuan mereka terhadap kejadian kejadian di alam membuat mereka beranggapan bahwa terdapat kekuatan misterius yang mengendalikan alam semesta dengan cara yang misterius.Kondisi tersebut berkembang seiring berkembangnya zaman sehingga membaur menjadi budaya.
     Budaya yang berkembang tentang kepercayaan terhadap kekuatan ghaib dan misterius perlahan berubah bentuk menjadi semakin terstruktur dalam bentuk agama.Agama merupakan sebuah organisasi atau kelompok terstruktur dengan peraturan peraturan yang wajib ditaati oleh para anggota atau pemeluknya.
     Kehadiran agama memiliki pengaruh besar pada kehidupan manusia,terutama pada aspek spiritualitas dan moralitas.Sebagian besar agama mengajarkan para pemeluknya untuk melakukan perbuatan baik yang didasarkan pada nilai moral dan beribadah dengan menekankan nilai spiritual.Kedua nilai tersebut hampir pasti selalu ada pada Sebagian besar agama.Nilai moralitas pada agama menekankan pentingnya para pemeluk agama untuk berbuat baik dan selalu menjunjung tinggi moral serta akhlak kepada sesama makhluk hidup.Nilai ini biasanya berpedoman pada kitab suci ataupun kata kata peninggalan tokoh agama tertentu.Kemudian nilai spiritual,nilai ini lebih lebih menekankan pentingnya hubungan antara manusia sebagai makhluk fana dengan makhluk makhluk adimanusia yang biasanya disebut sebagai dewa atau tuhan.(Daniel C. Dennet, 2006)
     Sebelum era modern yang dimulai saat revolusi industri pada abad ke-17,Sebagian besar manusia memandang agama sebagai konsep mutlak tujuan hidup mereka di dunia.Mereka beranggapan bahwasannya agama merupakan kunci dari kesuksesan dari berbagai bidang di kehidupan,mulai dari politik,social budaya,ekonomi,hingga ideologi.Namun,dengan revolusi industri yang diiringi dengan kelahiran konsep konsep ideologi modern,nilai nilai agama tradisional perlahan pupus dan mulai ditinggalkan.
     Berkembangnya ideologi ideologi modern seperti Liberalisme,Nasionalisme,dan Patriotisme membuat ideologi ideologi agama lama semakin tertinggal.Kelahiran ideologi baru tersebut beriringan dengan kondisi dunia yang memanas dengan kemunculan kolonialisme,imperialisme,hingga perang dunia pada abad ke-16 hingga 20.Agama yang sebelumnya menjadi pedoman hidup bagi sebagian besar manusia di dunia mulai dipertanyakan keabsahan dan kebenaran konsep konsepnya.Hal tersebut terjadi disebabkan berkembangnya ide ide pemikiran lama yang sempat hilang selama abad pertengahan seperti skeptisisme dan kritisime.(Sidabutar & Situmorang, 2022)
     Skeptisime dan Kritisisme menjadi tokoh utama dalam gejolak antara ideologi agama dengan ideologi modern.Golongan yang menganut skeptisisme beranggapan bahwasannya agama tidak memiliki dasar yang kuat untuk meyakinkan manusia terhadap keberadaan sosok tuhan.Mereka menantang para penganut agama untuk memberikan bukti bukti nyata yang bisa membenarkan keimanan mereka terhadap agama.Di sisi lain,golongan kritisisme menganggap bahwa agama merupakan produk lama yang hanya relevan di zaman agama tersebut terlahir.Menurut mereka,agama hanyalah sarana yang digunakan oleh orang orang bodoh yang tidak mau berpikir dan hanya ingin mendapatkan kepastian untuk mempertahankan kedunguan mereka.
     Pada zaman modern,kita menyadari bahwa nilai nilai dasar dari agama mulai hilang di dunia.Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya ideologi dan pemikiran menyimpang yang tersebar di kalangan Masyarakat.Tidak hanya itu,munculnya kelompok kelompok yang mengaku sebagai kelompok agamis tetapi memiliki sikap dan moral yang tidak mencerminkan umat beragama semakin meresahkan umat umat beragama.Selain itu,menurut beberapa akademisi,banyaknya orang yang lebih memilih atheisme dan agnostisisme menunjukan bahwa agama telah kehilangan fungsinya sebagai pedoman dalam bermoral dan berspiritual.(Jared Diamond, 2012)
     Sebagian akademisi barat menyatakan bahwasannya diri mereka tidak beragama.Mereka memiliki berbagai alasan untuk mendukung Keputusan mereka.Beberapa menganggap bahwa agama merupakan produk kognitif budaya yang terlahir secara tidak sengaja dan perlahan berkembang menjadi suatu konsep yang terstruktur.Bagi mereka,agama hanyalah salah satu bentuk kebudayaan yang diwariskan turun temurun kemudian terwariskan secara dinamis melewati berbagai zaman sehingga agama menjadi terdistorsi dan kehilangan esensi dari ajarannya.Di sisi lain,kelompok kelompok atheis dan agnostik beranggapan bahwa agama adalah suatu konsep yang bodoh karena para penganutnya harus saling beranggapan bahwa agama yang dianutnya merupakan kebenaran mutlak sehingga menimbulkan perdebatan dan permusuhan tiada akhir antar konsep agama.