Mohon tunggu...
Syafinaz Salsabilla Diandra
Syafinaz Salsabilla Diandra Mohon Tunggu... Penegak Hukum - ANALIS PERKARA PERADILAN - MAHKAMAH AGUNG

Seorang ASN yang bekerja di Mahkamah Agung dengan jabatan sebagai Analis Perkara Peradilan, bertanggung jawab untuk menganalisis dan memberikan rekomendasi terhadap berbagai perkara hukum yang diajukan ke lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Berkomitmen untuk memastikan bahwa proses peradilan berjalan dengan adil, transparan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Selain berkarir di bidang hukum, saya juga memiliki minat yang mendalam dalam bidang sosial budaya, musik, dan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan. Saya aktif mengikuti perkembangan isu-isu sosial dan budaya yang berpengaruh terhadap masyarakat, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan seni. Di bidang musik, saya terlibat dalam berbagai kegiatan seni yang dapat memperkaya kehidupan sosial dan budaya, serta mempromosikan keberagaman. Kepedulian saya terhadap hewan juga menjadi bagian penting dalam kehidupan pribadi saya. Saya secara aktif mendukung berbagai inisiatif untuk melindungi hak-hak hewan dan berusaha untuk menyebarkan kesadaran mengenai pentingnya perlakuan manusiawi terhadap makhluk hidup ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara : Permasalahan, Tantangan, dan Upaya Penyelesaiannya Oleh : Syafinaz S Diandra

20 Januari 2025   12:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:15 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era digital saat ini, teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Namun, teknologi ini juga membawa dampak negatif berupa ancaman siber. Penyebaran hoaks, fitnah, dan informasi yang tidak benar dapat merusak kesatuan bangsa. Misalnya, dalam situasi politik yang penuh ketegangan, informasi yang salah atau provokatif dapat dengan cepat tersebar dan menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat.

Ancaman siber ini dapat memengaruhi proses demokrasi, stabilitas politik, dan ketahanan nasional. Di sisi lain, meskipun teknologi memberi banyak kemudahan dalam meningkatkan kualitas hidup, teknologi yang tidak dibarengi dengan pemahaman tentang pentingnya kebijakan dan etika digital justru dapat menambah kerusakan dalam tatanan sosial dan negara.

  1. Ketidakmerataan Pembangunan dan Kesenjangan Sosial

Ketidakmerataan pembangunan antara daerah satu dengan daerah lainnya di Indonesia menjadi salah satu faktor yang dapat mengancam persatuan bangsa. Wilayah-wilayah terpencil dan kurang berkembang seringkali merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan perhatian yang sama dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Ketidakmerataan ini bisa menimbulkan rasa ketidakadilan di kalangan masyarakat, yang berujung pada potensi konflik sosial dan ancaman separatisme.

Salah satu akibatnya adalah munculnya ketimpangan sosial yang semakin tajam, baik dalam akses terhadap pelayanan publik maupun dalam peluang ekonomi. Ketidaksetaraan ini memperburuk rasa kebersamaan dan solidaritas yang menjadi dasar bagi wawasan kebangsaan dan bela negara.

Tantangan dalam Penerapan Nilai-Nilai Wasbang dan Bela Negara

  1. Perbedaan Pandangan dan Politisasi Isu Kebangsaan

Dalam kehidupan berbangsa yang demokratis, perbedaan pandangan politik dan ideologi adalah hal yang wajar. Namun, di Indonesia, perbedaan ini sering kali dipolitisasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu yang merusak rasa persatuan. Banyak pihak yang menggunakan isu kebangsaan untuk membangun sekat-sekat ideologis, yang justru merusak nilai-nilai wasbang yang seharusnya dapat menyatukan semua elemen bangsa.

Ketika isu kebangsaan dipolitisasi untuk memenangkan kepentingan kelompok tertentu, maka semangat kebhinekaan dan kesatuan yang menjadi dasar Indonesia sebagai negara bangsa, bisa terancam. Pemahaman yang keliru dan disinformasi mengenai nilai-nilai kebangsaan, seperti Pancasila, hanya akan memperburuk polarisasi sosial.

  1. Krisis Kepercayaan terhadap Institusi Negara

Krisis kepercayaan terhadap institusi negara, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta instansi keamanan, seringkali menjadi hambatan besar dalam memperkuat bela negara. Ketika masyarakat merasa bahwa institusi negara tidak berfungsi dengan baik, tidak transparan, atau terlibat dalam praktik korupsi, maka rasa nasionalisme dan bela negara akan tergerus. Hal ini menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan memperburuk kesadaran akan pentingnya mempertahankan negara.

  1. Kurangnya Partisipasi Masyarakat dalam Bela Negara

Bela negara tidak hanya tugas militer, tetapi juga merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia sering kali merasa bahwa bela negara hanya berlaku bagi anggota militer dan aparat penegak hukum. Padahal, bela negara juga dapat diwujudkan dalam bentuk partisipasi dalam pembangunan sosial, menjaga stabilitas politik, berperan aktif dalam kegiatan kemanusiaan, serta berkontribusi pada kemajuan negara.

Kurangnya kesadaran untuk turut serta dalam bela negara membuat sebagian besar warga negara hanya menjadi penonton dalam menghadapi tantangan global dan domestik. Padahal, tanpa partisipasi aktif masyarakat, negara akan kesulitan untuk membangun ketahanan yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman yang ada.

Upaya yang Dilakukan dalam Penerapan Nilai-Nilai Wasbang dan Bela Negara

  1. Pendidikan yang Menguatkan Nilai-Nilai Kebangsaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun