Mohon tunggu...
Syafii Besari
Syafii Besari Mohon Tunggu... -

Saiki, Neng Kene, Ngene, Dilakoni | Penjual Mie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ahli Hisab Ahli Ngeles

18 November 2017   00:13 Diperbarui: 18 November 2017   00:21 2578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Huaaassyyeemm!" Gus Mul menggerutu sambil berjalan balik ke tempatnya dan agak nyesel masuk surga.

Itu baru satu pembahasan mengenai rokok. Memang sih, jika membahas rokok tidak ada habisnya. Ya itu tadi. Abadi! Apalagi bagi mereka yang anti rokok. Di setiap seminar selalu membahas bahaya dan dampak rokok bagi diri sendiri, lingkungan dan sembarang kalir. Seolah-olah rokok adalah monster mengerikan melebihi ngerinya kita saat BAB dan baru sadar saat-saat terkahir kalau WCnya ternyata mampet. Adalagi seorang ustadz dari bandung, tutur katanya halus, juga pernah membahas masalah rokok. Beliau menganalogikan kurang labih seperti berikut :

Rokok satu bungkus berapa? Sebut saja 15.000. Jika sehari satu bungkus, maka sebulan bisa habis 450.000, setahun bisa habis 5.400.000. Anda sudah merokok berapa tahun? Anggap saja 10 tahun. Maka uang yang telah dipakai untuk rokok sudah mencapai 54 juta. Uang sebanyak itu kalau saja anda tidak merokok sudah bisa dipakai untuk membeli mobil. Betul tidak? (dengan nada yang khas).

Memang sekilas sangat masuk akal. Namun analogi seperti itu jika dilemparkan kepada ahli hisab yang kritis akan mendapat balasan yang sangat menohok. Alkisah, seorang perokok ditemui oleh kawannya yang tidak merokok. Kemudian kawan yang anti rokok tersebut memberi pencerahan bahwa rokok tidak ada manfaatnya, kemudian memberi gambaran sama dengan gambaran yang disampaikan olah ustad aa' tadi. Setelah panjang lebar memberi penjelasan, si anti rokok ini langsung bungkam setelah mendapat satu kalimat pertanyaan dari kawannya yang merokok. "Lha, mobilmu mana?".

Saya sendiri sebagai perokok ya tenang-tenang saja kalau ada yang mengharam-haramkan rokok. Malah saya senang sekali apabila ada yang datang kepada saya pada saat sedang rokok'an dan membahas tentang bahayanya rokok. Sambil dia memaparkan data bahaya kandungan rokok, saya terus mengembuskan asap ke wajahnya. Anda yang merokok juga dapat mencobanya, dan itu sangat nikmat sekali pemirsa!

Lagipula, kalau rokok diharamkan, tembakau dilarang. Saya sebagai penduduk (yang insyaallah) pribumi langsung teringat salah satu kota di Jawa Tengah. Kudus. Bagaimana nasibnya nanti? Kalau seandainya tembakau, rokok dilarang. Apakah gapura "Kudus Kota Kretek" harus dirubuhkan? Atau ditaruh mana lagi? sungguh-sungguh terlaalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun