Sampai sebuah tepukan mendarat di punggungku, membuatku  tersadar dari Lamunan tentang pertengkaran terhebat yang pernah ku alami 3 tahun silam.
" Hei, Yon." Ujar Aksa sambil mengibaskan tangannya didepanku.
" Lo kenapa? Kefikiran lagi sama ayah?" Perkataan Leo tepat sasaran.
"Nggak lah, gue cuma nggak enak badan."
" Lo tau kan kalau gue kembaran lo? Lagian lo juga nggak berbakat untuk berbohong." Kata Leo
"hmm baiklah, gue emang sedang kefikiran."
"Sebaiknya lo pulang deh. semenjak lo kuliah, lo cuma pulang saat hari raya sama pas ada kumpul keluarga. Padahal Lo sama Om Arya satu kota, ngapain sih nge-kos, gue tau lo sultan, tapi daripada dibuat nge-kos mending uangnya buat nraktir gue tiap hari kan enak, lagian lo nge-kos pake uang siapa?Om Arya kan? Â Gue yakin lo nggak ngomong apapun dengan Om Arya waktu ketemu." Kali ini Aksa angkat bicara.
"Gue setuju sama Aksa, selesaikan masalahmu dengan ayah." Kata Leo
" Baiklah, tapi aku nggak yakin ayah akan memaafkan gue, mengingat perlakuan gue waktu itu."
"Lo usaha dulu untuk mendapatkan maaf dari ayah, urusan ayah memaafkan atau tidak itu urusan belakangan."
"Baiklah besok gue akan pulang ke rumah untuk menemui ayah." Sambil beranjak pergi