"kenapa harus menunggu besok kalau hari ini masih bisa?" Suara Leo masih bisa kudengar.
Malam ini,Aku  pergi ke rumah kedua orangtua gue. Saat sudah berdiri di depan pintu rumah,tangan dan kakiku gemetar, bahkan teks permintaan maaf yang sudahku hafalankan di tengah perjalanan mendadak menghilang. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan pintu yang terbuka, ternyata Bi Sarah yang membukakan, beliau langsung mempersilahkanku masuk. Bi Sarah berlalu sebelum gue bertanya dimana ayah sekarang. Akhirnya gue memutuskan untuk pergi ke kamarku yang berada di lantai 2. Saat gue melangkahkan kaki di tangga. Suara bariton yang berasal dari ruang keluarga menginterupsiku.
" Ingat pulang juga kamu."
" Ayah" lirihku. tangan dan kakiku gemetar,bahkan kata minta maaf yang kemarin sudah aku hafalkan mendadak hilang,aku menunduk tak berani menatap mata elangnya. Dalam keheningan ini aku beranikan diri untuk menatap ayah dan berujar
" Ayah, aku minta maaf atas segala kesalahan yang aku buat. Aku menyesal saat itu membantah ayah. Tapi aku benar-benar ingin mengambil teknik di kampus tempat ayah mengajar bersama kakak."
" Ayah tidak marah, hanya kecewa, kalau waktu itu kamu cerita sama ayah, ayah akan mengerti." Ya, aku sadar bahwa semua ini salahnya.
"Ayah memaafkanku?"
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H