Mohon tunggu...
Syafa Hanifah
Syafa Hanifah Mohon Tunggu... Freelancer - Afa

"Teruslah berkarya dimanapun kamu berada"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kurajut Benang Mimpiku (I)

29 September 2019   19:26 Diperbarui: 1 Oktober 2019   05:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part I

Kali ini, Star Cafe menjadi pilihanku dan kedua sahabatku. Tempatnya yang strategis dan berada di pinggir jalan raya membuatku bisa melihat betapa macetnya Kota Kembang malam ini. Ya, Bandung sangat terkenal dengan destinasi wisata dan pemandangannya yang indah. Semenjak lulus dari SMA, tekadku menjadi bulat untuk memutuskan melanjutkan  mimpiku disini bersama  Leo. Aku menyesap espresso yang sudah kupesan sedari tadi, menikmati setiap tegukan demi tegukan hingga segelintir ingatan 3 tahun yang lalu  kembali berputar di otakku.

Semua bermula saat kehidupan akhir SMA...

Bel telah berbunyi menandakan pelajaran telah usai, secara naluri, Aku langsung menuju parkiran untuk mengambil mobilku. Mobil range rover hitam yang setia menunggu untuk segera dikendarai. Sempat aku menatap Leo yang bersandar di sebuah pohon Beringin yang konon katanya, ada jin baik disana.

 "Yon, lo udah bilang ke ayah kan kalau mau ngambil jurusan teknik fisika?" Tanya Leo membuka pembicaraan.

"Belum, gue takut kalau ayah nggak ngizinin. lo tahu kan selama ini ayah selalu nyuruh gue untuk kuliah jurusan  astronomi!" balasku.

"Tapi menurut gue harusnya lo bilang, sebentar lagi kita akan lulus! apa lo mau bohong ke ayah?" lanjut Leo dengan tatapannya yang tambah tajam.

"Baiklah nanti gue coba untuk bilang ke ayah."kataku dengan lidah kelu.

 " Nanti gue coba bantu."

Sesampainya di rumah...

" Orion, kenapa kamu membohongi ayah? " ujar ayah sambil menyerahkan surat undangan dari universitas tempat ayah bekerja.

Aku menunduk,tak berani menatap ayah, sebenarnya aku ingin memberi tau ayah tentang ini tapi sebelum aku memberi tahu,  ayah telah mengetahui semua.

 " Tapi Yah, aku terlanjur daftar disana, lagian aku disana lewat jalur undangan, harusnya Ayah bangga sama aku, aku tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini. Aku ingin masuk jurusan teknik fisika yah, bukan Astronomi seperti apa yang Ayah minta."

" Baiklah kalau kamu lebih memilih mengejar cita-citamu daripada ayah."

Sampai sebuah tepukan mendarat di punggungku, membuat gue tersadar dari Lamunan tentang pertengkaran terhebat yang pernah ku alami 3 tahun silam.

-Bersambung-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun