“Keluarga merupakan sumber kebahagiaan terbesar dalam hidup. Orang tua akan melakukan segala cara untuk menghadirkan senyuman manis dari anak-anaknya. Sedangkan ini, bukan tentang berapa banyak uang yang diberikan, tapi seberapa besar perhatian yang hadir disetiap hari-hari mereka. Mungkin belajar dengan kesederhanaan adalah cara mendidik paling mudah untuk mereka, agar bisa belajar menghargai pengorbanan orang tuanya.”
Sinetron keluarga cemara yang pertama kali tayang dua puluh tahun yang lalu di sebuah stasiun televisi, mengajarkan kita bagaimana konsep keluarga yang sederhana dan bahagia. Memiliki tiga orang anak yang mencintai orang tuanya, dan orang tua yang menyayangi anak-anaknya. Sebuah konsep keluarga ideal.
Keluarga saya misalnya, mungkin saja jauh dari kata keluarga cemara yang tayang di televisi. Namun kesederhanaan dan kebahagiaan yang diberikan orang tua saya, menjadikan saya percaya diri untuk mengatakan bahwa keluarga cemara masa kini ada di rumah saya. Saya belajar bahwa kesederhanaan itu bukan berarti harus menahan diri hingga tidak mengeluarkan isi dompet sama sekali. Namun, kesederhanaan itu adalah cara seseorang dalam mengontrol pengeluaran dengan mendahulukan kebutuhan diatas keinginannya.
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang di launching tahun 2014 silam oleh Bank Indonesia, memberikan stimulasi untuk keluarga dalam mengatur keuangannya lebih baik lagi. Sebuah gerakan yang didasarkan atas istilah less cash society yang mana bisa diartikan sebagai masyarakat mulai sadar untuk mengurangi transaksi tunai dan banyak melakukan transaksi non tunai.
Lalu, hubungan keluarga cemara masa kini dan GNNT Apa?
Saat saya mengikuti serangkaian acara Bank Indonesia Goes To Campus 2016 di Kampus Universitas Negeri Makassar tanggal 15 November 2016 kemarin. Ada banyak pelajaran baru yang bisa saya petik. Salah satunya adalah bagaimana cara mengelola bisnis online (e-commerce) yang katanya kekinian saat ini dengan menggunakan fasilitas uang elektronik pastinya. Selain itu pengenalan jenis-jenis uang elektronik, kemudahan manfaat yang bisa didapatkan saat menggunakan uang elektronik, dan sebagainya.
Kembali ke konsep keluarga cemara masa kini. Berada dalam keluarga yang melek teknologi dan sadar akan kemajuan di segala aspek kehidupan adalah sebuah kesyukuran bagi saya. Orang tua memberikan keleluasaan bagi anak-anaknya untuk menikmati segala fasilitas yang ada dengan kontrol mereka pastinya.
Beberapa tahun belakangan ini mulai dikenal istilah generasi milenial bagi anak muda yang lahir ditahun 1990an - 2000an. Generasi ini mulai hadir mengisi ruang-ruang keluarga dan masyarakat luas. Bahkan sudah ada generasi milenial yang menjalin dan menciptakan keluarga baru yang kemudian diistilahkan oleh saya sebagai keluarga cemara masa kini,
“Generasi milenial adalah generasi yang ditandai dengan bangun paginya sudah disambut dengan internet, Segala aktivitasnya ditopang dengan teknologi, serta memproklamirkan adanya perubahan”
***
Sebenarnya tanpa disadari selama ini saya dan mungkin juga kompasianer lainnya sudah sering melakukan transaksi non tunai. Menggunakan fasilitas transfer, pembayaran dengan kartu kredit dan debit, serta beberapa fasilitas lainnya. Pada dasarnya seluruh fasilitas yang disediakan oleh pihak bank akan mempermudah nasabahnya. Berikut beberapa kisah yang pernah saya alami terkait manfaat dari menggunakan fasilitas non tunai.
Masih Jaman Antre di Bank?
Bagi beberapa orang mungkin Bank adalah tempat yang paling membosankan dimana kita akan menghabiskan waktu hingga berjam-jam hanya untuk urusan uang. Kalau karena uang yang banyak mungkin tidak masalah. namun, jika itu hanya urusan belanja online, bayar tagihan listrik, dan urusan sederhana lainnya, itu adalah pembuangan waktu. Setidaknya waktu produktif kita tidak diganggu dengan urusan sesederhana itu.
Kisahnya seperti ini, saat itu ayah saya menggunakan fasilitas kartu pascabayar untuk telepon selularnya, kemudian biasanya beliau antre di bank untuk melakukan pembayaran setiap bulannya di teller bank . Sebuah kebiasaan buruk menurut saya, sejak awal beliau menggunakan telepon selular itu di tahun 2004 silam. Lantas suatu ketika saat saya kuliah di tahun 2010 beliau menyuruh saya untuk melakukan pembayaran ke salah satu bank. Karena saya generasi milenial yang suka pada kata Praktis dan efisien, akhirnya saya memanfaatkan fasilitas ATM (anjungan tunai mandiri) saja. Toh, saya hanya menghabiskan waktu tidak kurang dari 5 menit. Lalu kamu Pilih mana? 5 jam atau 5 menit? Hehe.
Oh iya, beberapa perbankan sudah menyediakan fasilitas setoran tunai dan transaksi non tunai yang mirip dengan ATM tarikan tunai loh.
Hangout Lupa Uang Tunai, Bisa?
Kisahnnya seperti ini, kebiasaan nonton di bioskop mengantarkan saya untuk menjadi pelanggan VIP di salah satu bioskop. Layanan saldo disetiap VIP Cardnya seperti kartu debit. Saat orang-orang harus mengantre panjang, lah saya dengan mudahnya masuk dan bebas dari antrean panjang. Belum lagi saat nongkrong di café, makan banyak tapi bayarnya hingga setengah harga aja. Hidup sederhana di era moderen itu kayak gini? Saya rasa, sejatinya ini merupakan bagian dari modernitas.
Dompet Tebal? Bahaya!
Kisah saya seperti ini, suatu ketika saya nongkrong di salah satu mart express. Tanpa sengaja saat meninggalkan parkiran, dompet saya terjatuh dan ditemukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Selang setengah jam, saya kembali ke tempat itu. Saya bertanya ke kasir, katanya tidak ada dompet yang ketinggalan. Akhirnya saya merelakan dompet tersebut dan berinisiatif untuk mengurus surat keterangan hilang di kepolisian. Namun, keesokan paginya saya mendapat telepon dari security mart express tersebut kalau dompet saya kembali, namun uang cashnya hilang. Alhamdulillah, itu kata yang pertama kali terucap. Untungnya saja saya paling malas bawa uang tunai banyak-banyak. Kalau ATM hilang kan bisa minta di blok sama pihak bank, kalau uang tunai gimana, hayoo? Aman pakai kartu kan?
Bingung Uangnya Lari Kemana?
Gaji bulan ini udah menjerit. Minta bantuan untuk menyambung hidup hingga akhir bulan. Kalap mata dan lupa uangnya diapain aja. Ini adalah masalah klasik untuk pegawai dan pekerja yang menuntut alokasi dana yang pas untuk tabungan dan kebutuhan hidup. Masih ingat konsep keluarga cemara masa kini kita? Yap. Disini letak keuntungan menggunakan uang elektronik, karena kita bisa melakukan kontrol terhadap pengeluaran bulanan kita.
Kisah saya seperti ini, bulan September kemarin saya mendapatkan bonus dari pekerjaan sampingan saya. Bonusnya hampir sama besar dari gaji tiga bulanan. Lumayan besar, untuk seorang anak muda. Karena kalap mata, semua keinginan (bukan kebutuhan) dipenuhi dan akhirnya saldo tabungan hampir jebol. Karena sudah menjadi bagian keluarga cemara masa kini, setidaknya masih bisa tersadar dan kemudian bangkit lagi. Hal yang pertama saya lakukan adalah mengecek pengeluaran saya. Ternyata bisa terpampang nyata di layar ponsel, uang saya lari kemana saja. Hehe
***
“Saat ini produktif adalah kunci dari kesuksesan. Setinggi-tingginya nilai manusia adalah mereka yang mampu memasak untuk orang lain, bukan mereka yang tidur kemudian bangun dan meminta masakan orang lain.”
Generasi milenial dan keluarga cemara masa kini itu dekat dengan kompasianer. Aktivitas di depan layar komputer dan ponsel adalah makanan sehari-harinya. Mungkin saja beberapa kompasianer yang juga memimpikan keluarga cemara masa kini, berminat untuk segera move on untuk menggunakan layanan uang elektronik dan mendukung program pemerintah Gerakan Nasional Non Tunai. Berikut layanan beberapa bank terkait uang elektroniknya selain kartu debit (ATM) dan Kredit yang saya ketahui.
BRI: Brizzi (kartu)
BNI: Tap Cash (kartu)
Mandiri: E-money (kartu)
BCA: Flazz (kartu) dan Sakuku (Mobile Aps)
Provider telepon: Indosat (Dompetku), Telkomsel (Tcash), XL Axiata (XL Tunai)
Mungkin masih banyak layanan dari bank yang lainnya.
Tunjukkan Rasa Cinta Pada Negeri, mau?
Berbicara rasa cinta tanah air, siapa yang memungkirinya. Saat nonton bola Indonesia melawan negara lain saja, rasa-rasanya perang dunia ketiga bakalan terjadi kalau gak menang. Iya, mencintai tanah air bagi setiap orang perwujudannya berbeda-beda. Saya misalnya, dengan berbelanja tanpa uang tunai adalah wujud rasa cinta saya pada Indonesia. Kok bisa?
Ayo kita bahas sedikit tentang uang tunai saat akan dicetak. Biaya mencetak uang tunai itu tidaklah murah, setidaknya alokasi dana untuk percetakan itu bisa digantikan untuk pembangunan dan perbaikan sumber daya lainnya. Selain itu ada istilah velocity of money, yakni adanya peningkatan sirkulasi uang dalan sistem perekonomian diakibatkan oleh banyaknya transaksi non tunai.
Setidaknya, cara sederhana ini bisa membantu bangsa dan negara kita bukan?
Inilah sedikit kisah tentang smart money wave (gelombang uang cerdas) versi keluarga cemara masa kini impian saya. Ini gelombang cerdasku, kamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H