Mohon tunggu...
Khoiru Syafaatin Noviana
Khoiru Syafaatin Noviana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bismillahirrahmanirrahim...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dr. Fahruddin Faiz: Tujuh Nasehat Maulana Jalaluddin Rumi

22 Oktober 2022   01:30 Diperbarui: 22 Oktober 2022   01:41 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu syair yang sangat terkenal dari Maulana Jalaluddin Rumi yang telah di pecah-pecah. Syair ini adalah simbol, ekspresi, pola, dan gaya dari seseorang yang mencintai.

Jadi dalam syair itu ada tujuh nasehat yang terkenal dari Maulana Jalaluddin Rumi yang memakai simbol-simbol alam semesta. Karena beliau mengembangkan paradigma cinta berarti ini sebenarnya profilnya orang yang mencintai.

1. Dalam kedermawanan dan menolong, jadilah seperti sungai.

Sungai itu banyak memberi apa saja pada masyarakat di sekitarnya. Sungai sering jadi pusat sumbernya hidup. Peradaban-peradaban manusia awal itu biasanya dimulai dari pinggir-pinggir sungai. Karena disitu kuncinya hidup.

Dia memberikan banyak tanpa menunggu balasan apa-apa. Meskipun kadang-kadang balasan kita pada sungai jelek, tapi sungai selalu memberi banyak hal.

Jadi, jadilah pecinta yang dermawan dan penolong seperti sungai. Ini yang disebutkan pertama oleh Rumi karena manusia itu cenderung pelit seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka cenderung enggan berbagi dan ingin enak sendiri. Dan kalaupun mau berbagi biasanya yang sisa-sisa. Padahal dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa kebaikan itu adalah kalau kita menginfakkan apa yang kita cintai.

2. Dalam ketulusan dan kebaikan, jadilah seperti matahari.

Matahari itu memberikan cahayanya, terangnya kepada siapa saja tanpa milih-milih. Siapapun dan dimanapun dia beri. Dan orang tulus adalah orang seperti itu. Kalau tulus tapi masih milih-milih itu biasanya bukan tulus, tapi pamrih.

Jadi para pecinta itu tulus, dan simbolnya ketulusan adalah matahari. Dan matahari juga tidak pernah meminta imbalan.

3. Dalam memaafkan, jadilah seperti malam. 

Malam itu maksudnya gelap, pekat, sudah tidak apa-apa, tidak terlihat apa-apa lagi. Jadi kalau kita sudah memaafkan orang ya sudah. Anggap semuanya sudah tidak kelihatan dan anggap semuanya sudah lenyap seperti ketika malam, kita sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi tanpa ada sisa sedikitpun.

Jadi saat sudah malam dan mau tidur sadarilah, "Wah ini sudah malam, aku maafkan siapapun yang punya salah tadi pagi, kemarin dan seterusnya". Dan pecinta itu adalah seorang yang pemaaf.

4. Dalam kemarahan, jadilah seperti mayat.

Manusia normal memang kadang-kadang marah dan tidak berkenan terhadap sesuatu. Tapi begitu kamu sadar sedang marah, jadilah seperti mayat. Mayat itu sudah terbaring dan tidak melakukan apapun lagi.

Artinya kalau sedang marah kita harus berhenti. Kalau dalam hadits disebutkan bahwa kalau kita marah saat berdiri maka duduklah, kalau marah saat duduk maka berbaringlah dan kalau marah saat berbaring maka wudhulah, atau sholatlah bila perlu.

Jangan memutuskan sesuatu dan melakukan sesuatu saat marah. Karena biasanya orang yang melakukan sesuatu saat marah nanti akan menyesal.

5. Dalam kesederhanaan dan rendah hati, jadilah seperti bumi.

Jadi pecinta itu sederhana, maksudnya adalah apa adanya tanpa dibuat-buat. Inilah aku yang sesungguhnya, inilah levelku, inilah kenyataan diriku. Dan itulah yang namanya kesederhanaan.

Dan dalam hal kesederhanaan ini jadilah seperti bumi yang sangat rendah hati, sangat sederhana, serta tidak pernah gaya meskipun di dalamnya terdapat kandungan yang luar biasa seperti emas, logam dan lainnya, tapi bumi tidak pernah sombong dan pamer.

Dia tetap rendah hati meskipun kita injak-injak dan tetap teguh sebagai dirinya meskipun kita setiap hari mewarnainya dengan angkara murka. Dia selalu memberikan yang terbaik yang bisa dia berikan untuk kita dan tanpa pernah mengeluh.

6. Dalam toleransi, jadilah seperti laut.

Laut selalu menampung apa saja karena dia luas, sehingga apapun bisa masuk. Baik hal-hal yang indah maupun kotor semuanya ditampung oleh laut.

Jadi, jadilah toleran yaitu terbuka menerima apa saja seperti laut.

7. Jangan melihat keluar lihatlah ke dalam diri, jadilah engkau apa adanya.

Jadi para pecinta harus menyadari dirinya dan mempermainkan peran sebagai dirinya sendiri. Jangan terlalu banyak acting dan gaya karena akan malah menyusahkan dirinya sendiri.

Jadi para pecinta itu harus menjadi dirinya sediri apa adanya. Banyak ikatan cinta bubar karena para pecintanya tidak apa adanya.

Sekian tentang tujuh nasehat Jalaluddin Rumi. Semoga bermanfaat

Sumber : Youtube Nasihan ID

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun