Mohon tunggu...
Wisnu Pitara
Wisnu Pitara Mohon Tunggu... Guru - Sekadar membaca saja

Sekadar berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Mukjizat dan Metode Ilmiah Bertemu?

14 Juli 2024   08:41 Diperbarui: 14 Juli 2024   08:44 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kapal Nabi Nuh (Foto: Canva.com)

Pendahuluan

Terutama di Indonesia sering kali orang mengaitkan harapan atas hal yang agak tidak normal dengan kata mukjizat. Bahkan di dalam buku mata pelajaran Agama Islam ada bahasan yang memuat beberapa kejadian khusus bagi para nabi. "Kita menunggu mukjizat saja untuk mengatasi hal ini," mungkin demikian salah satu harapan seseorang, seolah-olah menyerahkan suatu urusan tertentu kepada Tuhan saja. Marilah kita mendiskusikan mengenai mukjizat dan metode ilmiah secara ringkas di dalam artikel ini.

Kata Mukjizat

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan penjelasan bahwa kata "mukjizat" merupakan kelompok kata nomina (kata benda), artinya kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Pada kamus ini memberikan contoh bahwa Nabi Musa membelah laut dengan memukul laut menggunakan tongkat merupakan suatu mukjizat.

Kata "mukjizat" diserap dari bahasa Arab yaitu a'jaza yang berarti lemah atau melemahkan. Pelaku a'jaza disebut mu'jiz, dan bentuk jamaknya adalah mu'jizat. Seperti kata "balagha" artinya menyampaikan, sementara orang yang menyampaikan disebut mubaligh.

Di dalam Agama Islam mendefinisikan kata Mukjizat sebagai suatu kejadian yang luar biasa atau kelebihan di luar akal manusia tetapi hanya terjadi atau melekat kepada para nabi. Seperti yang dicontohkan di dalam KBBI, bahwa kejadian membelah laut dengan tongkat hanya terjadi pada Nabi Musa saja, dan tidak ada nabi apalagi manusia lain yang bisa melakukan. Apabila kejadian luar biasa terjadi bukan kepada nabi tetapi pada manusia yang sangat taat kepada Tuhan disebut karomah.

Namun demikian, bagi masyarakat sudah umum menggunakan istilah ini bagi hal-hal yang tidak biasa, termasuk yang terjadi pada orang-orang biasa. Kejadian yang luar bisa yang terjadi pada orang biasa disebut ma'unah. Di era digital orang sudah sangat umum menyebut ini hal yang luar biasa menggunakan kata keajaiban atau mukjizat yang merupakan terjemahan dari kata Bahasa Inggris "miracle."

Beberapa Contoh Mukjizat

Bagi orang-orang zaman sekarang, bagaimana mungkin sebuah tongkat yang dipukulkan bisa membuat air lautan terbelah, tentu tidak bisa membayangkannya. Peristiwa ini hanya terjadi sekali saja, tidak berulang-ulang, dan hanya terjadi bagi Nabi Musa. Apabila kejadian berulang-ulang dan dilakukan beberapa nabi mungkin tidak akan disebut sebuah mukjizat tetapi sebuah fenomena biasa saja. Ini seperti halnya badai pasir yang sanggup mengangkut berton-ton pasir dan sering terjadi.

Bahwa Nabi Isa Putra Maryam sanggup menghidupkan orang yang sudah mati, tidak terjadi berulang kali. Bagaimana cara dan prosedurnya pun beliau tidak bisa mengajarkan kepada para muridnya agar mereka juga bisa melakukan.

Nabi Sulaiman dikaruniai kemampuan sanggup mengendalikan angin (air bender?). Namun demikian kitab suci tidak menyebutkan secara rinci bagaimana cara beliau mengendalikan angin dan melakukannya secara berulang-ulang. Pada zaman sekarang, seorang pilot pesawat belajar dan mempraktikkan cara mengendalikan angin melalui wahana pesawat terbang. Mereka menggunakan sekumpulan peralatan dan panel di dalam kokpit untuk mengendalikan pesawat menerbangi dari bandara asal ke bandara tujuan.

Nabi Nuh membuat sebuah kapal sangat besar yang mampu menampung berbagai hewan dan tumbuhan, termasuk manusia para pengikutnya. Bagaimana bisa terpikirkan bagi seseorang dan mampu membuat sebuah kapal besar, tidak ada riwayat atau sejarah yang menjelaskan. Apakah membuat sendiri atau memesan kepada para pembuat kapal, tidak ada referensi yang menyebutkan. Seandainya Nuh pernah membuat kapal sebelumnya, dan berhasil mengulangi membuat kapal lebih besar, mungkin tidak akan disebut mukjizat, dan merupakan peristiwa biasa saja.

Setelah dianggap bersalah, Nabi Ibrahim diputuskan untuk dibakar sebagai hukuman karena terbukti merusak berbagai patung sesembahan penduduk negeri. Dibakarlah Ibrahim di atas tumpukan kayu bakar yang menyala dan disaksikan oleh segenap penduduk negeri. Atas mukjizat Allah, konon tidak sehelai rambut pun terbakar. Tidak ada cerita bagaimana dengan pakaian yang dikenakan, apakah terbakar atau tidak.

Kalaulah seorang pandai besi sanggup membuat berbagai peralatan dengan bahan besi, tentu saja hal biasa saja karena memang pekerjaannya. Namun, kemampuan Nabi Daud memperlakukan bahan-bahan dari besi untuk dibuat berbagai peralatan dan baju perang adalah sebuah mukjizat. Tentu dia bukan seperti seorang tukang besi biasa dengan berbagai peralatan kerja dalam melakukan pekerjaannya.

Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah

Istilah "Ilmu Pengetahuan" atau "sains" merupakan terjemahan dari kata "Science", yaitu berbagai pengetahuan mengenai objek tertentu yang merupakan hasil dari pengumpulan dan penyusunan secara empiris, sistematis, objektif, dan rasional.

Perjalanan ilmu pengetahuan dimulai sejak manusia pertama kali mengajukan pertanyaan tentang alam semesta. Di masa prasejarah, manusia mengamati bintang-bintang, pola cuaca, dan perilaku hewan untuk memahami lingkungan mereka. Kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan terjadi di era Yunani Kuno dengan tokoh-tokoh seperti Aristoteles dan Archimedes yang melakukan observasi dan eksperimen sistematis.

Era Renaisans membawa semangat ilmiah, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Galileo Galilei, Isaac Newton, dan Leonardo da Vinci. Penemuan-penemuan mereka membuka jalan bagi Revolusi Ilmiah, yang menandai lahirnya ilmu pengetahuan modern.

Metode ilmiah adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengumpulkan data, mengajukan hipotesis, dan menguji teori. 

Metode ilmiah terdiri dari beberapa tahapan yang saling berhubungan dan membentuk suatu siklus. Setiap tahapan memainkan peran penting dalam memastikan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Berikut ini tahapan-tahapan utama dalam metode ilmiah:

  • Observasi dan Identifikasi Masalah; Metode ilmiah diawali dengan mengamati terhadap adanya fenomena atau kejadian yang menarik perhatian bagi peneliti. Observasi dapat berupa data yang dikumpulkan baik dari lingkungan, perilaku objek, atau peristiwa yang terjadi.
  • Penyusunan Hipotesis; Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menyusun hipotesis, yaitu jawaban sementara atau dugaan dan diuji melalui eksperimen. Hipotesis harus spesifik, dapat diuji, dan umumnya berbentuk pernyataan sebab-akibat.
  • Eksperimen; Untuk menguji hipotesis, peneliti merancang dan melakukan eksperimen. Eksperimen harus dirancang sedemikian rupa sehingga variabel-variabel yang diuji dapat diisolasi dan dapat diukur pengaruhnya.
  • Pengumpulan dan Analisis Data; Selama eksperimen berlangsung, data dikumpulkan dengan cermat. Data ini bisa berbentuk angka, pengamatan, atau hasil pengukuran lainnya. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk menggali pola, hubungan, atau tren yang muncul di dalam data.
  • Penarikan Kesimpulan; Berdasarkan analisis data, peneliti kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan ini akan menunjukkan apakah hipotesis awal diterima atau ditolak. Jika hipotesis diterima, maka hasil tersebut dapat menambah pengetahuan baru atau mengonfirmasi teori yang ada. Jika hipotesis ditolak, peneliti mungkin perlu menyusun hipotesis baru dan mengulangi prosesnya.
  • Publikasi dan Replikasi; Setelah dilakukan penarikan kesimpulan, peneliti pada umumnya memublikasikan hasil penelitian melalui jurnal ilmiah tertentu agar dapat ditinjau ulang dan bilamana perlukan dapat diuji ulang oleh peneliti lain yang tertarik. Replikasi merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian dapat  berlaku umum.

Berbekal penerapan metode ilmiah telah dihasilkan berbagai ilmu pengetahuan sedemikian rupa sehingga dapat disusun dengan model pohon atau percabangan, misalnya ilmu pengetahuan alam bercabang menjadi ilmu astronomi, ilmu fisika, geologi, dan sebagainya. Sedangkan ilmu fisika bercabang lagi menjadi ilmu fisika teoritis, kuantum, nuklir, dan sebagainya.

Semua ilmu pengetahuan menginduk kepada ilmu filsafat, di mana ilmu ini berusaha menjelaskan dari mana asal timbulnya berbagai fenomena keilmuan masing-masing ilmu (what, ontologi), berbagai kaidah dan hukum-hukum yang berlaku (how, epistemologi), dan tata nilai atau kemanfaatan ilmu (aksiologi) yang bersangkutan bagi umat manusia.

Kumpulan pengetahuan yang belum berhasil menerapkan metode ilmiah secara matang, belum bisa disebut ilmu pengetahuan, tetapi masih sebatas pengetahuan (knowledge) saja. Sebagai contoh, jamu sudah digunakan oleh berbagai masyarakat sejak lama, namun hingga saat ini masih terus berjuang untuk bisa menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan. Sementara itu dalam ilmu farmasi terdapat cabang fitofarmakologi yang mempelajari berbagai efek farmakologi dari tumbuhan.

Ilmu Pengetahuan versus Mukjizat

Aspek kejadian berulang dari peristiwa atau objek pengetahuan menjadi unsur yang penting. Salah satu motivasi dari berbagai ilmu pengetahuan adalah membuat prediksi ataupun menghindari sebelum sesuatu terjadi, misal tentang harga, hujan, gerhana. Untuk itu dibutuhkan berbagai pola, fakta, peristiwa, data, dan sebagainya untuk digunakan sebagai objek penelitian. Seorang astronom menemukan bintang baru berdasarkan sekumpulan karakterisasi bintang-bintang yang sudah diketahui sebelumnya, seorang psikolog mencoba memberikan perlakuan bagi seorang klien tertentu berdasarkan berbagai pengetahuan dan hasil studi lainnya, kenaikan harga didahului oleh kelangkaan barang atau faktor alam tertentu.

Penghantar aliran listrik lazimnya adalah jenis logam tertentu, apalagi dengan kuat arus ataupun daya besar. Namun tubuh seorang manusia listrik dari India, sanggup menghantarkan listrik sampai dengan 230 volt dan hingga mampu menghidupkan sebuah mesin gerinda sekalipun. Ini bukan sejenis ilmu sulap. Ini suatu keajaiban (ma'unah) yang sangat jarang terjadi atas tubuh manusia lain. Cukup sulit bagi para ahli kelistrikan menjelaskan menggunakan teori dan pengetahuan yang berlaku.

Bagaimana ilmu pengetahuan akan menjelaskan mengenai tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi seekor ular besar yang sanggup memakan ular-ular kecil milik para penyihir. Bahasa apa yang digunakan Raja Sulaiman saat berkomunikasi dengan berbagai jenis binatang tentu mustahil mampu diungkap oleh ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan memilih ranah yang memang bisa menerapkan metode ilmiah. Sebaliknya pada wilayah yang tidak memungkinkan menggunakan metode ilmiah maka mereka sementara akan ditinggalkan atau paling tidak belum disentuh ilmu pengetahuan.

Pada diri manusia, baik secara fisik maupun nonfisik pun adalah suatu keajaiban itu sendiri yang  menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan berobjek manusia, misalnya Ilmu-ilmu Anatomi, Syaraf, Neurologi, Psikologi, Sosiologi, Antropologi, dan masih banyak lagi. Berbagai pengetahuan ini sudah masuk atau menjadi bagian dari ilmu pengetahuan setelah dengan tekun menerapkan metode ilmiah.

Ilmu dan rekayasa nanoteknologi sudah mampu menjelaskan dan melakukan pekerjaan pada ranah sel yang merupakan pembangun jaringan hidup. Penerapan ilmu ini bagi dunia kesehatan sudah cukup banyak, seperti misalnya mempengaruhi perilaku sel-sel atas jenis obat dan perlakuan tertentu.

Penutup

Mukjizat dan metode ilmiah sering dianggap sebagai dua konsep yang bertentangan. Mukjizat, yang dianggap sebagai kejadian supranatural di luar penjelasan ilmiah, menawarkan keyakinan dan keajaiban dalam berbagai budaya dan agama. Sementara itu, metode ilmiah mendorong skeptisisme dan pembuktian melalui observasi dan eksperimen.

Meskipun saat ini masih berbeda dari segi keberlakuan, keduanya mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Mukjizat berlaku di dalam ranah iman dan harapan, sementara metode ilmiah itu telah berhasil menjadi alat dalam memahami dunia secara rasional. Menghargai mukjizat dan metode ilmiah sekaligus, memungkinkan kita sebagai manusia tetap "berteman" dengan berbagai keajaiban alam sambil tetap mencari pengetahuan yang mendalam dan teruji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun