Agama Islam yang diturunkan ke dunia melalui perantaraan Rasulullah Muhammad, dan dimaksudkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Â Tidak untuk membagikan dan menyebarkan kebencian dan kerusakan. Rahmat adalah kasih sayang. Berarti agama Islam adalah sarana kasih sayang bagi seluruh alam.
Petunjuk dasar bagi para pemeluk agama Islam yang berupa pedoman, yaitu Al Qur'an, sudah diturunkan bagi manusia lebih dari 1400 tahun yang lalu. Al Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk, tidak diturunkan sekaligus sebagai sebuah kitab, tetapi secara berangsur-angsur selama kurang lebih 22 tahun. Al Qur'an itu diturunkan dari Allah Yang Mahakuasa, kepada manusia melalui perantaraan Rasul Muhammad, baik di Mekah maupun Madinah.
Periode setelah rasulullah wafat, merupakan periode waktu yang tidak bisa diabaikan, di mana periode-periode ini sebagai pembentukan jamaah Islam, kesempatan untuk menyempurnakan bagaimana cara-cara yang baik untuk menyampaikan ajaran Islam itu kepada khalayak manusia yang jauh lebih luas lagi.Â
Bukan dalam inti ajaran beragama, tetapi lebih berbagai langkah penyempurnaan bagaimana ajaran-ajaran agama bisa disebarluaskan kepada semua manusia.
Al Qur'an diturunkan untuk membawa kebenaran dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya (QS Al Maidah 5:48, Yunus 12:37, Al An'am 6:92). Bagi setiap umat sudah diberikan aturan-aturan dan jalan yang berlaku bagi masing-masing umat, dan Allah juga menyatakan bahwa apabila Allah menghendaki bisa saja hanya membuat satu saja umat secara seragam.Â
Tetapi kenyataannya Yang Maha Pencipta mengadakan umat-umat yang berbeda-beda. Allah juga menyerukan agar umat manusia berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.Â
Bahkan di dalam surat Al Hujurat pada ayat 13 dan surat Ar Rum pada ayat 22, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam berbagai bangsa dan suku-suku dengan berbagai bahasa dan warna kulit, diperuntukkan agar manusia bisa saling mengenal dan berperilaku mulia sebagai ujian ketakwaan dan pengakuan manusia atas keagungan Allah.
Kata Islam berasal dari kata dasar bahasa Arab SALAM, SALIM, ASLAMA, artinya selamat, bersih, damai, atau berserah diri. Maksudnya adalah keselamatan, kedamaian, atau berserah diri kepada Yang Mahakuasa.
Islam sebagai ajaran atau pedoman keselamatan, keberserahdirian, atau kedamaian, dibangun melalui Rasul Muhammad yang tentu mendasarkan kepada Al Qur'an.Â
Bagi umat manusia, rasulullah sendiri menjadi contoh keteladanan melalui sejumlah perilaku, perkataan, tindakan, maupun pelarangan atas berbagai hal. Al Qur'an sendiri pada zaman sekarang ini diwujudkan dalam bentuk tulisan-tulisan di dalam buku-buku ataupun peralatan digital.Â
Keteladanan dari rasul ini sekaligus menjadi pelengkap dan contoh hidup dari isi Al Qur'an. Setelah rasul wafat, barulah contoh-contoh kehidupan dari rasul ini dilacak ulang, dikumpulkan, dan dituliskan di dalam kitab-kitab oleh para pelacak atau pengumpul yang disebut dengan hadis.
Teks atau lafaz Al Qur'an sendiri keluar dari mulut rasulullah, dan selanjutnya beliau menyuruh dicatat oleh para orang-orang dekatnya yang dikenal sebagai para penulis Al Qur'an, pada berbagai media yang ada waktu itu untuk mencatat.Â
Pemberian wahyu Allah ini tidak sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur dan banyak di antaranya ada sabab-musababnya (asbabun nuzul) berkaitan dengan peristiwa yang sedang terjadi pada saat itu.Â
Tidak semua omongan Muhammad adalah lafaz kitab, namun demikian Muhammad sendiri yang menetapkan mana yang merupakan lafaz Al Qur'an, dan mana-mana yang bukan. Ada banyak penjelasan tersendiri tentang proses ini, yang membuat masalah ini sudah tidak perlu lagi diperdebatkan.
Meskipun Al Qur'an mengisahkan bagaimana nabi Musa mengalahkan para penyihir dan membelah laut dengan tongkatnya, tetapi Al Qur'an tidak mengajarkan kapada manusia bagaimana seseorang bisa menggunakan tongkatnya untuk hal yang sama seperti telah dilakukan oleh Musa.Â
Demikian juga ada kisah nabi Isa yang mampu menyembuhkan orang sakit kusta, tetapi Al Qur'an tidak mengajarkan bagaimana itu bisa dilakukan. Contoh-contoh peristiwa langka dan bisa terjadi itu disebut mukjizat.Â
Sesungguhnya  Al Qur'an merupakan mukjizat itu sendiri, meskipun  tidak berupa atau berbentuk fenomena-fenomena langka seperti dikisahkan di dalamnya. Bahwa di dalam penciptaan manusia itu adalah mukjizat.Â
Meski bagi manusia, kelahiran dan perkembangan manusia sudah merupakan hal biasa dan lumrah saja, tetapi tetap saja manusia tidak bisa melakukannya. Tidak ada orang atau makhluk, selain hanya Allah yang sanggup mencipta manusia.Â
Bahkan bagaimana di dalam penciptaan seekor nyamuk atau lalat, makhluk-makhluk ini sangat dikenal sehari-hari dan dianggap remeh bagi manusia, Yang Maha Pencipta menantang manusia sekiranya manusia bisa membuatnya.Â
Bagaimana keberaturan alam semesta yang sudah berlangsung selama kurun waktu yang sangat panjang juga ditunjukkan di dalam beberapa ayat sebagai bukti kekuasaan-Nya.Â
Itulah contoh-contoh mukjizat yang ditunjukkan oleh Al Qur'an dan terjadi sehari-hari di sekitar kita, dan bukan hanya peristiwa langka yang jarang terjadi. Justru kejadian intu terjadi setiap hari di sekitar kita, dan semua orang mempunyai kesempatan untuk menyaksikannya sendiri.
Kalaupun Al Qur'an mengisahkan bahwa nabi Sulaiman mampu menaklukkan angin, di dalamnya tidak terdapat teknik bagaimana cara beliau melakukannya. Di dalam beberapa ayat hanya disinggung bahwa Allah yang menundukkan lautan dan angin, serta telah mengizinkan bagi manusia untuk mengarunginya (QS Al-Jatsiyah 12, Ar Rahman 24, Al Baqarah 164).Â
Bahwa air dan udara bisa digunakan sebagai media bagi manusia untuk bisa melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain adalah sesuatu hal yang biasa-biasa saja, dan bisa terjadi bagi semua orang, tidak hanya seperti pada kisah Sulaiman.Â
Tumbuhnya biji-bijian, keluarnya buah-buahan dari berbagai pohon, keluarnya makhluk hidup dari sesuatu yang mati, ataupun keluarnya yang mati dari yang hidup, sesungguhnya semua merupakan keajaiban yang bisa dinikmati oleh banyak orang atas izin Allah Ta'ala. (QS Al Anam 95, An Nahl 11, Al A'raf 57).Â
Dalam mengalirnya darah ke berbagai organ tubuh, bagaimana udara keluar masuk melalui hidung dan bertugas sebagai pemberi tenaga tubuh manusia, juga merupakan mukjizat yang terjadi pada semua orang.
Al Qur'an juga menunjukkan kemukjizatan atas alam semesta. Manusia disuruh untuk memikirkan bagaimana langit tidak runtuh, berbagai benda-benda langit beredar menurut pola dengan sangat teliti, hiasan langit dengan berbagai bintang sangat banyak. Bagaimana ukuran waktu berbeda antara waktu bumi dengan waktu di tempat-tempat lain.Â
Ada tempat-tempat di langit yang sangat jauh dari bumi, diibaratkan bahkan setan-setanpun tidak bisa menembus ke dalam lapisan langit yang sangat jauh dari bumi itu.
Ada sebuah kisah, bahwa seorang musuh pasukan rasul sudah melukai dan membunuh banyak sekali anggota pasukan rasul. Suatu ketika, orang itu tertangkap dan pada saat diinterogasi sempat mengucapkan kalimat La ilaha illallah untuk sekedar membuat alibi, tetapi tetap dibunuh. Demi mendengar bahwa orang itu sudah dibunuh, rasul sangat marah.Â
Rasul mengatakan bahwa musuh sekalipun sudah banyak membunuh, namun dia sudah menyatakan La ilaha illallah, maka dia tidak boleh dibunuh, meskipun ucapan orang itu mengucapkannya hanya berpura-pura sekedar di mulut saja, dan tidak secara tulus di dalam hatinya.Â
Untuk menentukan apakah seseorang benar-benar percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya merupakan kewenangan Allah, bukan berada di tangan manusia.
Di atas hanya sekelumit saja, bahwa berbagai pedoman agama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta beserta isinya.
Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H