Mohon tunggu...
Wisnu Pitara
Wisnu Pitara Mohon Tunggu... Guru - Sekadar membaca saja

Sekadar berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilusi Waktu

19 Agustus 2020   07:21 Diperbarui: 19 Agustus 2020   07:13 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, fenomena naiknya permukaan air laut di Bumi dikaitkan dengan jauh-dekatnya jarak Bumi dengan Bulan sebagai sebuah benda yang mengitari Bumi. Demikian juga fenomena musim berkaitan dengan posisi Matahari secara relatif dengan Bumi pada saat mengelilingi Matahari.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya)." (QS 15:16)

Beberapa galaksi berukuran sangat besar dan terdiri dari jutaan bahkan milyaran bintang penyusunnya. Misalnya galaksi Bimasakti, di mana tata surya kita berada, terdiri dari 400 milyar bintang. 

Masing-masing bintang mengeluarkan energinya sendiri, seperti contohnya energi sinar yang berasal dari Matahari, bisa dinikmati oleh makhluk yang ada di Bumi pada setiap pagi sampai sore hari.

Ukuran atau diameter dari bintang-bintang ini banyak sekali yang sangat besar. Apabila diameter Bumi kita adalah 13 ribu kilometer (KM), diameter Matahari 1,4 juta KM, atau 108x dari diameter Bumi. Banyak bintang lain yang berukuran jauh lebih besar dari ukuran Matahari.

Bintang-bintang yang sudah mulai kehabisan energinya akan mengalami kematian, dan masuk ke dalam fase kematian bintang. Proses kematian sebuah bintang melahirkan teori sendiri. 

Bagaimana fase-fasenya, mulai dari sebuah bintang aktif yang masih mempunyai simpanan energi, sampai dengan mereka kehabisan energinya, sehingga tidak sanggup lagi mempertahankan keberadaannya di dalam susunan bintang. 

Sebuah bintang yang kehabisan energinya akan meledak dan disebut Supernova. Hasil dari ledakan sebuah bintang akan membentuk planet-planet, yaitu benda-benda langit yang tidak memancarkan energinya, seperti Bumi kita.

Dari sebuah supernova juga bisa membentuk daerah yang disebut Lubang Hitam (Black Hole), yang diyakini mampu menyerap cahaya dengan berbagai panjang gelombang. Ibarat makhluk halus yang sanggup menelan sebuah benda menjadi hilang tidak berbekas. Ada teori tersendiri tentang bagaimana sebuah lubang hitam bisa terbentuk.

Ledakan bintang terakhir terpantau pada tahun 2014 di stasiun pengamatan di Bumi, yang berasal dari salah satu bintang di dalam galaksi Bimasakti. Galaksi Bimasakti hanyalah salah satu dari susunan-susunan bintang yang ada di alam semesta, di mana Matahari hanyalah salah satu saja bintang di dalamnya. Ledakan itu ternyata berasal dari bintang yang meledak 100 tahun yang lalu. 

Artinya, energi yang terdeteksi sampai di permukaan Bumi sudah berjalan dari tempat asalnya selama 100 tahun, saking jauhnya jarak bintang yang meledak tersebut dari Bumi. Berarti jarak bintang yang meledak tersebut dari Bumi adalah sejauh 100 tahun perjalanan cahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun