Tekanan, ancaman tersamar, maupun pemaksaan pemaksaan dan terselip ada juga permohonan dan pendekatan yg manusiawi dr sedikit diantara aparat yg memaksa saya untuk kembali ke bandara.
Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (darimana batu cukup besar besar itu di bandara?)
Bbvvvhhdr diana tabrani dan pak Luqman, saya tetap memilih bertahan.
Dua orang dari tim kerja sempat diseret ke polres dan seorang lain saya lihat sendiri dikejar 10 orang dan dikeroyok dan saya hanya dengar seruan Allahu akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di kaca mobil.
Lalu ia dibawa
Dan terjadilah hal yg berikut lepas pkl 9 dimana seharusnya pesawat terakhir diberangkatkan,
Kabinda datang dengan kasar menggebrak mobil dan berteriak teriak memaksa buka pintu dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil. Kecuali saya yg tetap bertahan dan minta pada para polwan berpakaian bebas untuk tdk memperlakukan saya dengan buruk.
Polwan hanya memaksa saya keluar namun tdk kasar. Bahkan beberapa diantara mereka membawa roti dan ingin saya menerimanya. Tapi saya tolak karena bukan roti yg saya inginkan melainkan kebenaran., keadilan, hukum yang tidak digunakan semena mena.
Beberapa orang meminta saya keluar krn hujan batu yg membuat saya kuatir mobil ibu dr diana tabrani akan rusak berat.
Saya tdk suka kekerasan itu saya tegas katakan dan tdk perlu paksa saya beberapa kali pada mereka.
Lalu kami dikelabui. Dibawa oleh mobil yang katanya akan mengantar saya ke hotel, namun kenyataannya mereka bawa saya ke pesawat dan sekali lagi kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki dan bahkan seorang preseidium diseret seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke garbarata.