Mohon tunggu...
Nabila Hasna
Nabila Hasna Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Doesoen Kakao Glenmore Menjadi Wisata Edukasi yang Menyokong Ekosistem Ekonomi Kreatif

15 November 2024   06:57 Diperbarui: 15 November 2024   07:00 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Glenmore adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Nama kecamatan ini berasal dari nama sebuah perkebunan besar yang berada di wilayah tersebut. Perkebunan ini pada awalnya dimiliki oleh seorang Inggris bernama Ros Taylor sejak tahun 1910, ketika wilayah Indonesia masih di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Glenmore dikenal sebagai area perkebunan dengan tanah yang subur dan iklim yang mendukung pertanian tanaman seperti kopi, kakao, karet, dan teh.

Kekayaan Glenmore akan hasil pertaniannya, khususnya kopi dan kakao, menjadikan daerah ini sebagai pusat agrikultur dengan potensi ekonomi yang sangat tinggi. Perkebunan di Glenmore telah lama dikenal menghasilkan kopi berkualitas unggul dengan cita rasa yang khas, menarik perhatian para pecinta kopi lokal maupun internasional. Tidak hanya itu, tanaman kakao yang dihasilkan dari perkebunan Glenmore juga menjadi produk andalan. Kualitas kakao dari daerah ini sudah diakui hingga ke mancanegara, sehingga produk cokelat Glenmore banyak diminati di berbagai pasar global. 

Dengan potensi pertanian dan pariwisata yang terus berkembang, Glenmore telah menjelma menjadi lebih dari sekadar pusat agrikultur. Daerah ini kini dikenal sebagai kawasan dengan daya tarik tinggi bagi investor dan wisatawan. Salah satu bukti nyata dari kemajuan ini adalah pengembangan Agrowisata Doesoen Kakao, destinasi wisata edukatif yang berfokus pada proses produksi kakao berkualitas tinggi. 

Wisata perkebunan tanaman bernama latin Theobroma cacao tersebut berada di Afdeling Pabrik Pager Gunung, wilayah PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) Kebun Kendenglembu. Masuk wilayah administrasi Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore.  Perkebunan kakao  seluas 1500 hektar yang memiliki udara sejuk dengan suhu di kisaran 20-27 derajat celcius di ketinggian 350 meter dari permukaan laut (mdpl) ini mampu menarik pengunjung lokal hingga mancanegara, seperti Belanda, Inggris, Swiss, Jerman dan Hongkong.  Doesoen Kakao menawarkan beragam fasilitas wisata yang menarik dan edukatif, menjadikannya destinasi yang ideal bagi pengunjung yang ingin belajar sekaligus berlibur. 

1. Tur Edukasi Perkebunan Kakao

Di Doesoen Kakao Glenmore, Banyuwangi, tur edukasi menawarkan pengalaman lengkap yang membawa pengunjung mengenal lebih dalam tentang setiap tahap dalam industri kakao, mulai dari budidaya hingga produksi cokelat. Tur ini diawali dengan kunjungan ke area perkebunan kakao seluas 1.500 hektar. Di sini, pengunjung diperkenalkan pada proses budidaya tanaman kakao, yang meliputi tahap penanaman, perawatan, hingga panen. Pemandu menjelaskan cara kerja perkebunan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kakao, seperti iklim dan kondisi tanah yang optimal untuk tanaman ini.

Setelah melihat perkebunan, pengunjung diajak untuk mengamati proses produksi cokelat di pabrik pengolahan yang berada di kawasan perkebunan tersebut. Di pabrik ini, wisatawan dapat melihat tahapan-tahapan penting, seperti fermentasi biji kakao, pengeringan, pemanggangan, dan pengolahan hingga biji kakao menjadi cokelat siap konsumsi. Proses ini memberikan wawasan menarik tentang bagaimana biji kakao yang dipanen dapat diubah menjadi berbagai produk cokelat berkualitas tinggi.

Selanjutnya, tersedia workshop interaktif yang memungkinkan wisatawan mencoba membuat cokelat sendiri. Pengunjung diajarkan cara mencetak dan menghias cokelat sesuai dengan kreativitas mereka, dan hasil karya ini dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Di samping itu, pengunjung juga dapat menikmati sesi pencicipan atau degustasi, di mana mereka bisa mencoba berbagai varian cokelat yang diproduksi di Doesoen Kakao, termasuk cokelat hitam dan susu dengan variasi rasa khas.

2. Kafe dan Toko Oleh-Oleh

Sebagai destinasi wisata, Doesoen Kakao tentu menawarkan fasilitas pusat oleh-oleh. Di kawasan wisata ini, tersedia kafe yang menyajikan beragam hidangan dan minuman yang seluruhnya berbahan dasar cokelat hasil produksi lokal. Menu andalan kafe ini mencakup pisang crispy dengan topping cokelat yang lezat serta minuman cokelat panas yang disukai oleh pengunjung dari berbagai kalangan. 

Selain menikmati kuliner di tempat, pengunjung juga bisa membeli aneka permen cokelat sebagai oleh-oleh khas Doesoen Kakao. Permen cokelat ini diproduksi langsung dari biji kakao pilihan yang diolah secara hati-hati untuk menghasilkan rasa yang berkualitas. Oleh-oleh ini menjadi salah satu pilihan favorit pengunjung, baik untuk dinikmati sendiri maupun sebagai hadiah untuk keluarga dan teman.

Kafe ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas perkebunan kakao dan karet. Suasana sejuk di antara pepohonan rindang dan aroma cokelat yang menggoda membuat kunjungan ke kafe ini semakin istimewa. Dengan adanya kafe dan pusat oleh-oleh, Doesoen Kakao tidak hanya memberikan pengalaman agrowisata yang edukatif, tetapi juga menghadirkan nuansa kuliner yang mengesankan, sehingga wisatawan mendapatkan kenangan manis setelah berkunjung ke tempat ini.

3. Amfiteater Osing 

Tak hanya memanjakan wisatawan dengan tur produksi cokelat dan berbagai macam produk cokelat khas Glenmore, Doesoen Kakao juga menghadirkan inovasi terbarunya untuk lebih memperkuat sektor pariwisata di Banyuwangi, yaitu Amfiteater Osing. Amfiteater ini merupakan hasil kerja sama yang erat antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII, dan PT Bank Mandiri Tbk. Sebagai salah satu daya tarik baru, Amfiteater Osing dirancang untuk memberikan pengalaman budaya yang berbeda bagi pengunjung, sekaligus menjadi ajang untuk memperkenalkan kekayaan seni dan tradisi Banyuwangi.

Pertunjukan yang disajikan di amfiteater ini menampilkan tarian tradisional seperti Tari Gandrung, yang sudah menjadi ikon budaya Banyuwangi dan dikenal luas sebagai simbol kebanggaan masyarakat setempat. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati berbagai kesenian lokal lainnya, seperti musik tradisional dan tari-tarian khas dari berbagai daerah di Banyuwangi. Acara di amfiteater ini tidak hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga melibatkan komunitas seni lokal yang berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

Amfiteater Osing juga dirancang untuk menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara budaya dan seni, yang tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat lokal untuk mengekspresikan kebudayaan mereka. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan budaya dan warisan tradisional Banyuwangi dapat lebih dikenal oleh wisatawan dari berbagai penjuru, serta memberikan dampak positif dalam memajukan ekonomi lokal melalui sektor pariwisata. Keberadaan Amfiteater Osing pun menjadi bukti nyata dari komitmen bersama untuk melestarikan dan mempromosikan kebudayaan Banyuwangi di kancah pariwisata nasional maupun internasional.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun