Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jangan Remehkan Kekuatan Mimpi, Belajar dari Steve Jobs

3 Februari 2025   20:37 Diperbarui: 3 Februari 2025   20:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski sudah ditinggalkan Steve Jobs yang wafat pada usia 56 tahun tanggal 6 Oktober 2011 selama lebih dari 14 tahun, citra Apple sebagai salah satu raksasa Teknologi Informasi (TI) dunia tetap terjaga hingga detik ini. Sebab, Apple berhasil melembagakan warisan (legacy) Jobs berupa pemikiran unik nan eksentrik yang mewakili keyakinan betapa kekuatan mimpi, intuisi, imajinasi, dan visi dalam diri manusia dapat berujung pada deretan inovasi yang tak kunjung henti. 

Meski terkenal sebagai mahasiswa urakan dari Stanford yang gemar hal-hal berbau spiritual Timur dan konon suka mengonsumsi zat-zat terlarang, Jobs juga seorang anak muda cemerlang yang memiliki mimpi dan intuisi tajam bahwa suatu hari nanti orang akan membutuhkan personal computer (PC). Asal tahu saja, kala Jobs merumuskan intuisinya lewat pendirian Apple pada 1 April 1976 bersama Steve Wozniak, komputer saat itu dipersepsikan sebagai mesin penghitung raksasa yang hanya cocok untuk perusahaan berskala besar, bukan untuk pribadi. 

Figur Raksasa

Namun Jobs ingin membongkar segala asumsi umum itu. Berbeda dari kebanyakan pengusaha yang berangkat dari penggalian kebutuhan konsumen, Jobs justru ingin "memaksakan" intuisi dan mimpinya kepada konsumen. Sebab, ia memiliki intuisi yang berkembang menjadi imajinasi, mimpi, dan kemudian visi, bahwa di masa depan nanti masyarakat akan melek teknologi dan membutuhkan komputer di rumah mereka masing-masing. 

Tanpa peduli dengan realitas faktual di zamannya, Jobs bersama sahabatnya Steve Wozniak---sering disebut "Steve yang Lain" atau the Other Steve di Apple---berusaha mewujudkan intuisi, mimpi, dan visi mereka. Lahirlah personal computer (PC) produksi massal pertama di dunia, Apple I dan Apple II, dua produk yang laku bukan alang kepalang pada akhir 1970 dan awal 1980-an    

Berbekal piranti intuisi, mimpi, dan visi yang sama pulalah Jobs selalu mencetuskan ide dan terobosan gemilang yang kian menegaskan citra Jobs sebagai sosok raksasa. Tahukah Anda bahwa Jobs di Stanford sempat mengambil mata kuliah kaligrafi dan itu ternyata berguna saat Jobs dan karibnya Steve Wozniak meluncurkan font kaligrafi pertama di dunia untuk PC? Hal yang sama terus berlanjut dalam bentuk produk-produk visioner Apple lainnya: iMac, iPod, iPhone, iPad, dan lain sebagainya.

Populer dengan resep sukses tiga i-nya---innovate, innovate, and innovate-----Jobs selalu bergerak mendahului perubahan dan acap dengan cara yang sedikit licik. Memang, filsafat lain dari Steve Jobs adalah, "good artists copy, great artists steal," seniman yang baik meniru, sedangkan seniman hebat itu merampok. Apple adalah perusahaan digital pertama yang melakukan terobosan penggunaan tetikus (mouse) dan graphic interface dalam PC Lisa (konon diambil dari nama putri di luar nikah Jobs). Hebatnya, terobosan ini bukanlah berasal dari ide Jobs atau co-founder Apple lainnya, Steve Wozniak. Apple membajaknya dari Xerox, yang menganggap ide tetikus (mouse) itu menggelikan sehingga menyerahkannya begitu saja dengan harga murah kepada Apple. Apa yang Xerox anggap aneh justru dipandang Jobs sebagai temuan visioner yang akan mengubah dunia. Apple pun meroket namanya sebagai salah satu perusahaan komputer digdaya di dunia.

Kekuatan Mimpi

Melirik kisah Jobs juga seakan mengikuti perjalanan roller-coaster yang penuh dengan jatuh-bangun. Salah satu momen buruknya adalah kala Apple menjalin kerja sama dengan seorang pria muda berwajah lugu untuk kemudian mendapati dirinya disiasati mentah-mentah. 

Sebagaimana tergelar dalam film Pirates of Silicon Valley (1999), Jobs pada medio 1980-an menginginkan versi peranti lunak yang cocok bagi PC keluaran Apple. Setelah pencarian seksama, Jobs memutuskan menyewa jasa sang pria berkacamata untuk menulis program yang dimaksud bagi Apple. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun