Terakhir, terkait investasi, ada sejumlah prinsip yang harus kita camkan. Pertama, penuhi kebutuhan dasar atau harian kita dulu sebelum mulai berinvestasi. Artinya, jangan sampai kita berutang untuk berinvestasi. Sebab, jarang instrument investasi yang menawarkan imbal hasil di atas bunga pinjaman. Kemudian, jangan memakai uang kebutuhan pokok untuk berinvestasi. Tabungan kuliah, asuransi pensiun, dan uang dapur, misalnya, tetaplah harus disimpan sesuai peruntukannya. Uang untuk berinvestasi seyogianya uang menganggur (idle fund).
Kedua, jangan taruh semua dana investasi Anda ke dalam satu keranjang (don't put all your eggs in one basket). Raciklah portfolio investasi Anda dengan beranaka ragam produk investasi. Jadi, jika ada satu produk investasi yang tidak memuaskan, produk lain diharapkan bisa mengompensasinya.
Ketiga, tidak ada makan siang gratis (there is no free lunch). Dunia investasi menganut hukum high risk, high return. Artinya, setiap produk investasi yang menjanjikan imbal hasil tinggi pastilah berisiko tinggi pula. Ttidak ada produk investasi yang bisa menjamin imbal hasil atau keuntungan pasti, kecuali deposito dan obligasi. Namun, karena deposito dan obligasi merupakan produk investasi minim risiko, imbal hasilnya jelas relatif minim pula. Jadi, jika ada tawaran investasi usaha atau produk yang menawarkan imbal hasil tinggi dengan risiko dan modal minim, bisa kita pastikan bahwa tawaran itu beraroma penipuan.
Berbekal literasi dasar perencanaan keuangan di atas, semoga kita tidak lagi sering mendengar maraknya lagi kasus penipuan investasi di negara kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI