Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tidak Ingin Kena Penipuan Investasi, Pelajari Prinsip Dasar Perencanaan Keuangan

30 Januari 2025   10:17 Diperbarui: 30 Januari 2025   10:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku The Richest Man in Babylon (Sumber: www.gpu.id)

Belakangan ini, media massa kita diramaikan oleh berita memprihatinkan soal penipuan investasi di mana-mana. Tragisnya lagi, deretan korban berasal dari semua kalangan, termasuk kelas menengah seperti pegawai, mahasiswa, kaum profesional, dan lain sebagainya. 

Peristiwa ini mengindikasikan kenyataan bahwa negeri kita masih mengidap kurangnya literasi tentang perencanaan keuangan (financial planning), apalagi di tengah maraknya digitalisasi layanan jasa keuangan. Maka itu, pengenalan literasi yang demikian harus mulai digencarkan sebagai salah satu antidot bagi upaya penipuan.

Esensi 

Esensi dari perencanaan keuangan sejatinya sederhana: memaksimalkan penghasilan dan meminimalkan pengeluaran. Penghasilan bisa didapatkan dari upah/gaji, THR, honor, hasil inisiatif kewirausahaan atau bisnis warisan, hadiah, dan hasil investasi. Penghasilan tetap adalah dari upah, sementara yang lain sifatnya insidental atau fluktuatif.

Salah satu aturan emas dalam perencanaan keuangan adalah sisihkan minimal 10 persen dari penghasilan kita untuk diinvestasikan. Prinsip klasik ini dikemukakan oleh dalam The Richest Man from Babylon karya George S. Clason (Gramedia Pustaka Utama, 2010). Kemestian menyisihkan alokasi dana investasi ini hanya bisa batal jika Anda punya cicilan utang mendesak yang harus dibayar, sehingga tidak memungkinkan berinvestasi. Guna menghindari ini, ketika kita mencari utang, pastikan bahwa jumlah cicilan utang tidak akan melebihi 30 persen dari total penghasilan Anda per bulan. Sehingga, Anda masih punya 10 persen untuk berinvestasi, 30 persen untuk cicilan utang, 5 persen untuk keperluan sosial (zakat, sedekah, dan lain sebagainya), dan sisa 55 persen untuk membiayai kebutuhan dan keinginan Anda.

Sementara itu, pos pengeluaran yang diambil dari angka 55 persen di atas sangatlah beragam. Kita harus bisa menentukan mana yang pengeluaran rutin (fixed spending) dan mana yang bisa ditunda alias sekadar keinginan. Contoh pengeluaran rutin adalah biaya listrik, air, dan yang sejenis (utilitas), iuran lingkungan, biaya makan, transportasi, dan lain-lain. Namun, pengeluaran rutin bisa juga dimodifikasi. Misalnya, biaya makan tentu bervariasi antara makan di warteg dan restoran. Lalu, biaya transportasi akan lebih hemat jika naik kereta ketimbang mobil. 

Utang dan Investasi

Terkait utang, kita harus bisa membedakan antara utang konsumtif dan produktif. Utang konsumtif adalah utang untuk keperluan konsumsi semata yang tidak mendatangkan imbal hasil. Contoh, utang kartu kredit untuk nonton konser, membeli barang hobi seperti mainan, belanja baju, dan aneka keinginan lainnya. Sementara utang produktif adalah utang yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilainya terapiresiasi di masa depan. Tergolong dalam utang produktif misalnya adalah utang untuk membeli mobil buat usaha rental atau kredit pemilikan rumah (KPR) yang nilainya pasti naik setiap tahun, dan lain sebagainya.  

Dalam mencari utang, kita harus mencari utang yang paling rendah bunganya dan pihak kreditor yang paling mudah diajak negosiasi. Secara urutan, pihak kreditor dari yang paling ringan bunganya serta mudah dinegosiasikan adalah: Orangtua/saudara kandung/kerabat, teman, pegadaian/koperasi simpan pinjam, bank, pinjol legal, dan lintah darat/rentenir/pinjol ilegal.

Hal penting lain yang perlu diingat adalah pinjaman wajib datang dari institusi legal, seperti Pegadaian, bank dan pinjol yang diawasi OJK, dan koperasi di mana kita menjadi anggotanya serta punya rekam jejak jelas. Waspadai institusi yang meminta transfer dana terlebih dulu sebelum kita menerima uang pinjaman. Sebab, biaya terkait pinjaman harusnya dipotong langsung dari dana pinjaman yang kita terima, tidak diterima di depan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun