Saat ini, masyarakat kita digelisahkan oleh beberapa indikasi pelemahan ekonomi, seperti turunnya daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun, apakah itu otomatis berarti krisis akan kembali di Indonesia? Kita bisa berkaca pada sejarah singkat krisis ekonomi dunia di bawah ini yang sudah saya sarikan dari sejumlah buku, seperti The Return of Depression Economics karya Paul Krugman (1999), Bencana Finansial karya A Prasetyantoko (2008), Panic karya Michael Lewis (2008), edisi peringatan 25 tahun Tabloid Kontan, Melintasi 3 Krisis Multidimensi (2021), dan sejumlah literatur lain.
1637
Tulip Mania
Spekulan di Belanda mendongkrak harga bunga tulip sebelum akhirnya harga itu merosot drastis.
1719
Krisis Lousiana
Investor yang gegabah termakan cerita-cerita tentang laba besar di Wilayah Lousiana di Perancis.
1720
Fantasi South Sea
Perusahaan South Sea di London terbelit utang untuk mendukung klaimnya atas temuan
menakjubkannya di Pasifik.
1792
Rush bank AS
Spekulator dan kredit ketat memicu Kepanikan 1792. Orang pun berbondong-bondong menarik simpanan mereka di bank.
1820-an
Kerugian di Amerika Latin
Pasar obligasi di Amerika Selatan menggila, sehingga memikat para bankir Inggris yang kemudian segera menyesali kebodohan mereka.
1837
Depresi di AS
Deregulasi bank dan spekulasi tanah gila-gilaan memicu histeria dan krisis ekonomi. Akibatnya, terjadilah pengangguran selama bertahun-tahun.
1840-an
Hancurnya Perkeretapian
Perkeretaapian Inggris mengalami gelembung akibat praktik spekulasi
1893
Berakhirnya Era Gilda
Kegagalan bank AS, rontoknya perkeretaapian, dan gelombang mencari emas menyebabkan kepanikan ekonomi pada 1893.
1907
Kepanikan 1907
John Rockefeller dan J.P Morgan berhasil secara tipis menghindar dari kebangkrutan total akibat taruhan serampangan yang dilakukan seorang trader. Krisis inilah yang memicu dibentuknya Bank Sentral Amerika alias The Federal Reserves pada 1913.
1929
Great Depression
Era 1920-an yang bergairah (roaring twenties)Â berakhir. Hampir separuh dari 25.000 bank rontok di AS.
1973-1974
Kasus 50 Saham
Pada 1960-an, bursa saham mengatakan 50 saham berkapitalisasi terbesar sebagai jaminan pasti. Pada 1970-an, bursa saham habis-habisan mencaci saham yang sama akibat rontoknya nilai mereka.
1986-1990
Tenggelamnya Jepang
Pecahnya gelembung real-estate menghempaskan Jepang ke resesi yang dalam.
1997-1998
Krisis Berantai Asia
Banjir dana asing membuat perbankan lokal ceroboh. Kemudian, para spekulan mata uang pun bermain. Negara-negara Asia yang terdampak krisis mata uang paling parah adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan. Indonesia mengalami bank rush, harus meminta bantuan dari IMF dengan syarat pengetatan fiskal (anggaran) dan moneter yang meliputi pengetatan subsidi serta penutupan bank. Berpuncak pada mundurnya Presiden Suharto untuk digantikan Wakil Presiden BJ Habibie pada 21 Mei 1998. Era Reformasi pun dimulai di Indonesia
2000
Krisis Dot.com
Didorong oleh demam Internet, indeks NASDAQ memuncak ke level 5048 pada 10 Maret. Sesudah itu, harga saham-saham perusahaan terkait Internet terjerembab habis.Â
2008
Petaka Derivatif
Inovasi-inovasi produk finansial mengubah koreksi di dalam pasar perumahan AS menjadi kelesuan perekonomian di seluruh dunia. Diperparah dengan skandal penipuan skema Ponzi (gali lubang tutup lubang) terbesar sepanjang masa oleh Bernie Madoff.
2009 -- 2010
Pemulihan
Proses pemulihan dimulai ketika pemerintah AS dan the Fed mulai melakukan intervensi besar-besaran, termasuk upaya penalangan atau bailout.
2020 - 2022
Pandemi covid-19
Dari Wuhan, China, pandemi covid-19 menerjang seluruh dunia. Penularan yang cepat membuat banyak negara melakukan lockdown hingga mematikan aktivitas ekonomi dan memicu krisis. Indonesia sendiri melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Banyak negara mengalami resesi dan depresi ekonomi selama periode ini.
2023 -
Proses kebangkitan
Penemuan vaksin oleh berbagai produsen seperti AstraZeneca, Pfizer, dan lain sebagainya mampu menimbulkan imunitas kelompk (herd immunity), sehingga aktivitas ekonomi bisa berjalan normal kembali. Indonesia sendiri mencabut status pandemi dan menggantinya menjadi endemi pada 2023.
Demikianlah versi ringkas nan padat dari sejarah krisis ekonomi di dunia dari masa ke masa. Indonesia tampaknya sudah banyak belajar dari rangkaian krisis. Asalkan tidak ada faktor eksternal tak terduga seperti pandemi dan pemerintah maupun Bank Indonesia bekerja secara profesional dan hati-hati (prudent), kita bisa berharap gejala-gejala pelemahan ekonomi tidak akan membesar menjadi krisis ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI