1960
Dave Packard di sebuah sesi pelatihan manajemen Hewlett-Packard (HP) berkata, Banyak orang berasumsi secara keliru bahwa perusahaan ada sekadar untuk mencetak uang. Meski ini hasil yang penting bagi eksistensi perusahaan, kita harus menyelam lebih dala dan menemukan alasan sejati bagi keberadaan kita. Orang berkumpul dan mengada sebagai satu perusahaan supaya mereka mampu mencapai secara kolektif sesuatu yang tidak mampu mereka capai secara sendiri-sendiri dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat."Â
1962
David Rockefeller, Direktur Utama Chase Manhattan Bank, mengungkapkan dalam satu pidato di American Philosophical Society, Konsep lama bahwa pemilik bisnis memiliki hak untuk menggunakan propertinya sesuka hati demi memaksimalkan laba telah berkembang menjadi keyakinan bahwa kepemilikan memiliki kewajiban sosial mengikat. Manajer di zaman ini berfungsi sebagai wali tidak hanya bagi pemilik tapi juga bagi pekerja dan bahkan bagi seluruh masyarakat kita. Pada saat yang kurang lebih sama, ekonom Theodore Levitt mengeluh dalam Harvard Business Review bahwa sudah tidak zamannya lagi bagi perusahaan untuk menepuk dada karena berhasil mencetak uang. Yang sedang menjadi tren adalah perusahaan seyogianya menunjukkan bahwa perusahaan itu ada untuk melayani publik.
1970
Ralph Nader mengajukan dua resolusi di depan rapat pemegang saham tahunan. Resolusi pertama adalah usulan untuk memiliki perwakilan publik duduk di dewan direksi, sementara resolusi kedua mengusulkan pembentukan komite tanggung jawab perusahaan.
Pada tahun yang sama, ekonom pemenang Nobel dan penganjur pasar bebas Milton Friedman menulis The Social Responsibility of Business Is to Increase Its Profits. Ia berpendapat bahwa kewajiban perusahaan adalah pada para pemegang sahamnya dan ini menjadi dasar bagi banyak eksekutif untuk berpikiran melulu soal mengejar laba.
1976
The 5% Club, kini bernama Minnesota Keystone Program, diluncurkan oleh 23 perusahaan untuk menghimbau dunia usaha menyisihkan persentase tertentu dari laba sebelum pajak mereka untuk amal.Â
Muhammad Yunus, pada tahun yang sama, mulai meminjamkan uang kepada kaum miskin di Bangladesh. Grameen Bank Yunus memicu gerakan global dalam kredit mikro ketika kreditor mulai melihat rakyat miskin, terutama wanita, bukan sebagai risiko kredit yang buruk, melainkan sebagai nasabah yang menguntungkan. Â
1983