Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kapitalisme Kreatif Punya Sejarah Panjang, Berikut Uraiannya

25 Januari 2025   11:31 Diperbarui: 25 Januari 2025   11:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Salah satu hobi saya melepas penat adalah berburu buku atau majalah bekas. Nah, beberapa waktu lalu, saya sempat membeli majalah Time lawas keluaran 11 Agustus 2008. Ketika saya baca, di dalamnya ada artikel menarik dari Barbara Kiviat berjudul 'A Brief History of Creative Capitalism.' Karena sebelumnya di Kompasiana saya juga sempat menulis tentang tiga revisi terhadap ajaran kapitalisme, yang salah satunya adalah kapitalisme kreatif, maka saya tertarik menerjemahkan sekaligus memodifikasi dengan sejumlah tambahan bagi artikel tersebut sebagai berikut.

1799

Robert Owen membeli satu penenunan kapas di New Lanark, Skotlandia. Di sini, ia melembagakan reformasi sosial seperti menyediakan dana untuk pekerja yang sakit dan tidak mempekerjakan anak-anak di bawah usia 10 tahun.

1831

John Cadbury mulai menjual minuman coklat sebagai alternatif bagi alkohol. Prihatin dengan kualitas hidup di dunia industri Inggris, putranya George pada 1893 membeli tanah untuk membangun hunian bagi pekerja pabrik, menyediakan sekolah untuk orang dewasa serta kolam renang.

1889

Andrew Carnegie, seorang taipan baja dan orang terkaya di zamannya, menulis esai berjudul The Gospel of Wealth. Di situ, ia menulis bahwa jutawan harus bertindak sebagai wali bagi orang miskin dan bahwa setelah seseorang mendapatkan kekayaan besar, ia harus lebih banyak menyuburkan kapitalisme dengan berderma melalui pendirian fasilitas seperti perpustakaan, taman dan universitas yang membantu orang memperbaiki diri mereka. Carnegie membangun 2.509 perpustakaan dan mendermakan 90% dari kekayaannya sebelum ia wafat.

1914

Henry Ford mulai membayar pekerjanya $5 per hari atau dua kali lipat dari standar upah industri kala itu. Menurutnya, itu adalah cara mengubah pekerja menjadi pelanggan. 

1931

Adolf Berl dan Merrick Dodd, dua orang profesor hukum, berdebat soal tujuan perusahaan dalam Harvard Law Review. Berle berpendapat bahwa eksekutif harus bekerja pertama-tama dan terutama untuk kepentingan para pemegang saham. Sementara Dodd berkata bahwa ada ruang untuk mengakomodasi kelompok-kelompok lain, seperti pekerja, pelanggan, dan komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun