Bagi Soros, teori seperti ini mengasumsikan adanya perpisahan antara pikiran dan realitas. Padahal, manusia saat mengkognisi realitas juga melibatkan dirinya dalam membentuk realitas itu. Dalam bahasa Soros, keterlibatan itu disebut sebagai partisipasi, untuk membedakan diri dengan kognisi yang mencoba memahami realitas. Kedua fungsi itulah yang lantas membentuk konsep refleksivitas manusia dalam menggapai realitas.Â
 Alhasil, tidak ada lagi kepastian dalam realitas mengingat realitas juga dipengaruhi oleh penafsiran subyektif, distorsi ide, spekulasi, dan lain-lain dari pemikiran sang pengkognisi.Â
 Berdasarkan konsep refleksivitas yang menepis teori korespondensi pengetahuan ini, maka situasi-situasi yang ada kerap kali merupakan situasi jauh-dari-keseimbangan. Contoh konkret adalah gelembung raksasa sektor perumahan pada 2008 terjadi karena ulah serakah (baca: fungsi partisipasi) para pemasar dan bank yang menurunkan standar pinjaman dan memperkenalkan produk baru seperti suku bunga promosi yang memperkuat spekulasi sekaligus mengakibatkan ledakan konsumsi. Hasilnya adalah sebuah situasi-jauh-dari-keseimbangan dalam bentuk krisis yang meledak dua tahun setelah Soros menulis bukunya.
Dengan kata lain, kapitalisme refleksif Soros mirip dengan kapitalisme mawas-diri Mackay yang memanggulkan beban etis pada pundak manusia supaya tidak menjadi manusia kapitalis yang serakah dan menghalalkan segala cara demi laba. Â
Jalan Tengah
    Sejatinya, fitrah kapitalisme adalah keserakahan dan inilah yang menjadi akar kesenjangan global saat ini. Gates ingin menyalurkan keserakahan itu ke arah positif dengan merangsang pemikiran kreatif demi mencari satu produk yang dapat memenuhi tujuan profitabilitas sekaligus kemanusiaan. Sementara itu, Mackey dan Soros mengatakan bahwa alih-alih disalurkan ke arah positif, keserakahan itu sendiri harus dikendalikan. Â
 Beranjak dari sini, kita bisa melihat ketiga versi revisi kapitalisme pasca-krisis di atas sebenarnya punya kelemahan. Di satu sisi, kapitalisme kreatif masih menyimpan watak keserakahan built-in di dalamnya. Sementara, kapitalisme mawas-diri dan kapitalisme refleksif Mackey dan Soros agak utopis karena mensyaratkan revolusi kesadaran sukarela dalam diri manusia.Â
Maka itu, jalan tengah mesti dirumuskan, yaitu versi kapitalisme yang merangkul ikhtiar individu atau pasar seraya memastikan negara mengendalikan sebagian kekayaan yang diciptakan pasar.Â
Berdasarkan skema ini, negara menjamin pengejaran kepentingan pribadi warga negara atau swasta asalkan itu ditujukan demi kepentingan masyarakat. Pendeknya, keserakahan kapitalisme kreatif versi Gates dikendalikan oleh regulasi negara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI