Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Karakter Pemimpin Ideal, Inspirasi dari Novel Taiko

24 Januari 2025   16:26 Diperbarui: 24 Januari 2025   16:26 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover Buku Taiko karya Eiji Yoshikawa (Sumber: koleksi pribadi)

Di tengah deretan permasalahan yang begitu banyak mendera bangsa ini, mulai dari bencana alam hingga kemiskinan dan korupsi, masyarakat Indonesia tentu mendambakan sosok pemimpin ideal di berbagai tingkatan, mulai dari organisasi, pemimpin daerah, hingga elit politik nasional. Pertanyaannya, bagaimanakah karakter pemimpin ideal itu? Kita bisa belajar dari buku novel Taiko karya Eiji Yoshikawa dari Jepang.

Tiga karakter

Boleh dibilang, Jepang berabad-abad yang lalu---tepatnya pada abad ke-16 M---mengalami masalah serupa dengan Indonesia masa kini: kemiskinan di mana-mana, pupusnya rasa persaudaraan antar sesama warga, konflik berkepanjangan di seantero negeri, ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan pusat, dan kriminalitas yang merajalela. Untungnya, di tengah prahara itu, muncul tiga sosok bintang kejora yang merintis apa yang disebut "Zaman Keemasan" di Jepang. Mereka adalah Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu. Di bawah kepemimpinan tiga orang ini, yang sejatinya juga penuh intrik antara sesama mereka, Jepang perlahan mampu mengatasi berbagai masalah dan bangkit sebagai negara besar.

 Uniknya lagi, ketiga tokoh ini memiliki kepribadian dan gaya kepemimpinan yang sangat bertolak belakang. Sebagai ilustrasi, Eiji Yoshikawa dalam novel epik Taiko (Gramedia, 1994) menuturkan ada satu sajak menarik yang dikenal semua anak sekolah Jepang. Bunyi sajak itu adalah: Bagaimana jika seekor burung tidak mau berkicau? Nobunaga menjawab, "Bunuh burung itu!"; Hideyoshi menjawab, "Buat burung itu ingin berkicau"; sementara Ieyasu menjawab, "Tunggu."

 Sajak ini begitu jitu menggambarkan tiga karakter ideal seorang pemimpin. Pertama, Nobunaga memiliki pendekatan kepemimpinan yang ekstrem, mengandalkan karisma pribadi, namun brutal. Singkatnya, karakter kepemimpinan Nobunaga adalah tegas, represif-koersif alias tidak segan menggunakan cara kekerasan, dan berwatak militeristis.

 Kedua, Hideyoshi mengutamakan gaya kepemimpinan yang ingin menjadikan saingan menjadi teman dan musuh menjadi sekutu. Dengan kata lain, karakter kepemimpinan Hideyoshi adalah akomodatif, mengandalkan hubungan emosional, dan persuasif dengan memberikan penekanan utama pada konsesi dan negosiasi demi membangun satu koalisi.

 Ketiga, Ieyasu mewakili watak kepemimpinan yang tenang, berhati-hati, bijaksana, berani di medan perang, dan dewasa. Artinya, karakter kepemimpinan Ieyasu adalah kalkulatif, mengandalkan perhitungan cermat dan observasi mendalam, serta penuh pertimbangan sebelum bertindak.

 Mengejutkannya lagi, tiga karakter ini terbukti relevan bahkan di dunia kepemimpinan modern, termasuk di bidang politik. Kate Ludeman dalam Alpha Male Syndrome (Serambi, 2008) mengungkapkan tipe kepemimpinan bisa dibagi menjadi tipe komandan, visioner, strategis, dan eksekutor. Jika kita petakan dalam gaya kepemimpinan trio pemimpin legendaris Jepang di atas, Nobunaga mewakili tipe kepemimpinan komandan, Hideyoshi merepresentasikan tipe kepemimpinan visioner, dan Ieyasu melambangkan tipe kepemimpinan strategis-eksekutor.

Konteks Indonesia

Pertanyaannya sekarang, bagaimana membumikan inspirasi di atas dalam konteks Indonesia? Kita bisa lihat bahwa tipe kepemimpinan di atas memiliki perwakilannya juga di Indonesia. Sebagai contoh di bidang politik, Soeharto persis merupakan tokoh yang memiliki tipe kepemimpinan komandan dengan orientasi kebijakannya yang bercorak represif demi menjamin kestabilan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun