Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kemunduran Demokrasi dan Kapitalisme Global, Apa Hubungannya?

18 Januari 2025   08:02 Diperbarui: 18 Januari 2025   08:02 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku Populisme Islam (Sumber: koleksi pribadi)

Pribadi profetis

Artinya, kondisi kemunduran demokrasi saat ini adalah hasil dari kekusutan struktural yang perlu diurai oleh pribadi-pribadi tercerahkan. Merujuk Kuntowijoyo (Paradigma Islam, Mizan, 2010), sosok tercerahkan itu adalah pribadi profetis yang mengamalkan ilmu sosial profetis (ISP) yang didasarkan pada cita-cita memanusiakan manusia (humanisasi/emansipasi), membebaskan bangsa dari kemiskinan ekonomi dan keangkuhan teknologi (liberasi), dan merasakan kembali dunia ini sebagai rahmat dari Tuhan (transendensi) sehingga manusia tidak menyerah kepada arus hedonisme dan materialisme.

Namun, sulit mengharapkan pribadi profetis datang dari institusi pendidikan formal-konvensional yang sudah terperangkap dalam belitan kapitalisme global. Sebab, pendididikan adalah salah satu sektor publik yang sudah tersentuh sulur privatisasi dari neoliberalisme. Institusi pendidikan konvensional secara umum berpikir dalam langgam logika efisiensi guna melestarikan sistem kapitalisme global. Maksudnya, institusi pendidikan sering diarahkan untuk menciptakan tenaga kerja cakap siap-pakai guna mendukung pengejaran laba. Manifestasi konkretnya, disiplin ilmu praktis-pragmatis seperti ilmu teknik, komputer, ekonomi, dan lain sebagainya jadi lebih dianakemaskan ketimbang disiplin ilmu murni seperti astronomi, fisika, filsafat, dan yang sejenis. B. Herry Priyono menggambarkan situasi ini sebagai 'gerhana humaniora' (Ekonomi Politik, Penerbit Kompas, 2022)

Jadi, pribadi profetis lebih mungkin datang dari kursus-kursus politik maupun lokakarya di luar ranah pendidikan mainstream. Sebab, media seperti itu lebih independen dan objektif dalam mengajarkan ISP yang diperlukan untuk melahirkan pribadi profetis. Sebagai perbandingan, Jerman pada era 1960-1970-an memiliki Institut Penelitian Sosial (IPS) yang ingin mendidik pribadi pendobrak kebuntuan struktural, sehingga melahirkan pemikir-pemikir besar Mazhab Frankfurt seperti Max Horkheimer, Herbert Marcuse, Jurgen Habermas, dan lain sebagainya.

Karena itu, perbaikan demokrasi tidak bisa secara naif diserahkan kepada negara yang sudah bersekutu dengan sistem kapitalisme global. Sebaliknya, perbaikan harus dipulangkan kepada diri kita semua dengan mengorganisir kerja-kerja keilmuan profetis sistematis maupun kursus-kursus sosial politik mencerahkan untuk melawan kondisi kezaliman struktural yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun