Di sinilah, kita perlu menyadari keniscayaan memperlambat derap kehidupan yang mengatasnamakan 'pembangunan', 'pertumbuhan ekonomi', dan 'kemakmuran material.' Merujuk Carl Honore (In Praise of Slow, Mizan, 2006), manusia yang mampu memperlambat irama hidupnya di tengah kesibukan zaman modern yang menghamba pada materi dan pemuasan hasrat pribadi akan mendapati hidupnya lebih seimbang, bahagia, dan bermakna. Sekaligus, ini akan mampu mengendalikan laju keserakahan manusia industrialis yang ganas mengkonsumsi energi dan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Apabila kita mengadopsi budaya hidup 'cukup' dan menerjemahkannya dalam langkah-langkah konkret, seperti memangkas jam kerja, melakukan reboisasi, mengurangi pemakaian kendaraan berbahan bakar, melakukan daur ulang barang, dan lain sebagainya, niscaya kehidupan manusia akan berubah lebih baik tanpa terjatuh dari satu perangkap eksploitasi energi fosil ke perangkap lain eksploitasi EBT. Namun, ini tanpa menafikan bahwa eksploitasi EBT tetap diperlukan dalam kadar tertentu untuk mengimbangi penggunaan energi fosil yang mulai langka. Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H