Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjelaskan Rontoknya Kinerja Elektoral Partai Islam

6 Januari 2025   09:15 Diperbarui: 6 Januari 2025   09:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena itu, kombinasi antara kesalehan individual ala post-Islamisme yang mementingkan konsep ‘Negara Islami’ dan ‘objektivikasi Islam’ dan karakter demokrat kritis pemilih Indonesia lantas menghasilkan perilaku memilih umat Muslim Indonesia yang juga kian rasional. Ini terafirmasi oleh Wasisto Raharjo Jati dalam Preferensi Politik Pemilih Muslim Kontemporer (2024) yang menyatakan bahwa umat Islam dalam memilih caleg laki-laki—yang berjumlah mayoritas—lebih menjatuhkan pilihan kepada caleg yang beragenda sekular dan rasional.

 Rasionalitas memilih ini kian pekat ketika pemilih melihat kenyataan bahwa parpol Islam tidak memiliki perbedaan signifikan dengan parpol bukan-Islam karena perilaku politik parpol Islam kurang lebih sama dengan partai lain. Ini kemudian menjelaskan turunnya afiliasi pemilih dengan partai politik (party ID) di Indonesia: dari 86% pada 1999 ke 55% pada 2004, 20% pada 2009, 14% pada 2014, dan 12% pada 2017 (Psikologi Politik, Penerbit Kompas, 2018).

Jadi, partai Islam harus mulai merenungkan kemerosotan elektoral mereka dan memperbaikinya di masa depan. Caranya dengan tidak lagi terlalu berkutat pada promosi aspek formal Islam, melainkan lebih pada merumuskan program konkret yang dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Ini juga perlu menjadi perhatian nasional karena demokrasi Indonesia yang kurang diimbangi nuansa agama akan menjadi timpang, kurang majemuk, dan kurang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun