Rendahnya gaung suara para mahasiswa juga disebabkan oleh minimnya kreatifitas mereka dalam berdemo. Sebaiknya mereka memikirkan cara yang lebih simpatik dan diterima oleh masyarakat, karena bagaimanapun juga para mahasiswa tersebut bertindak demi kepentingan rakyat jelata. Jangan sampai niat baik mereka tidak diterima hanya karena dilakukan dengan cara yang salah.
Mungkin terlihat sepele, namun sebetulnya sangat vital, karena tujuan berdemo adalah untuk mencari perhatian dan dukungan ataupun menekan pemerintah.
Demo dengan teriak lantang ala megaphone adalah cara yang usang, terlebih dengan spanduk dan slogan-slogan tulisan yang monoton dan ketinggalan jaman.
Zona nyaman satu dekade
Mungkin zona nyaman selama lebih dari satu decade dapat mengikis idealisme dan daya kritis para mahasiswa. Membuat mahasiswa kehilangan tujuan dan memilih untuk berkompromi dengan penguasa saat itu.
Dan mengubah orientasi para mahasiswa dari semangat memberontak dan menuntut menjadi semangat menerima dan menikmati keadaan yang ada. Berbagai kemudahan, pergaulan, dan bergesernya nilai-nilai moral, social dan budaya juga turut mempengaruhi gaya hidup mereka. Dua generasi mahasiswa atau lebih, sudah cukup untuk memutus informasi sepak terjang dan idealisme para pendahulu.
Mungkin mahasiswa saat ini tidak mengetahui bahwa apa yang mereka nikmati saat ini adalah buah dari perjuangan para pendahulu mereka dalam memperjuangkan dan mempertahankan hak dan kepentingan rakyat.
Maka jangan heran jika mahasiswa masa kini justru menerima sogokan makan malam dan berselfie ria dengan pemerintah, ketika masyarakat menaruh harapan besar kepada mereka agar bersikap lebih keras dalam menekan pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H