Berbeda dengan tahun 98 dimana mahasiswa sebagai motor penggerak suara rakyat, dimana mereka memiliki informasi yang sangat baik yang menjadi motivasi mereka untuk bersuara lantang.
Mereka sangat sadar dan paham bahwa satu-satunya cara agar rakyat dapat keluar dari keterpurukan ekonomi dan politik adalah dengan mengakhiri kekuasaan “absolute” pada masa itu. Disini rakyat berperan sebagai pendukung dan pembela dari para mahasiswa
Sebaliknya, Saat ini mahasiswa justru kebingungan dalam mencari tujuan untuk bersuara, seolah-olah tidak mampu menangkap apa yang menjadi keluh kesah dan harapan masyarakat.
Para mahasiswa tidak paham dengan apa yang terjadi saat ini, tidak mengetahui setiap dampak-dampak sosial yang harus ditanggung rakyat atas kebijakan pemerintah.
Bahkan, mungkin mahasiswa saat ini sama sekali tidak mengikuti perkembangan dunia politik yang gaduh dan penuh hiruk pikuk. Ketika mahasiswa kebingungan dengan dimana ia berada dan untuk apa, lalu bagaimana mungkin mereka mampu memberikan solusi dan jawaban bagi masyarakat dan pemerintah.
Maka jangan heran jika tuntutan mahasiswa saat ini salah sasaran, tidak nyambung, dan sekedar copy paste dari demo-demo terdahulu
Kegagalan dalam menghadapi tantangan kedepan
Betapa lemahnya informasi yang dimiliki para mahasiswa adalah bukti kegagalan mereka dalam menghadapi tantangan kedepan. Mengandalkan euphoria demo 98 adalah sebuah kesalahan besar.
Selain justru mengganggu ketertiban umum, tampaknya pemerintah saat ini cukup mampu meredam suara bising mereka Bahkan saking tidak berartinya demo mereka, membuat pemerintah dengan mudah membatasi pergerakan mereka. Baik dalam hal pembatasan akses pemberitaan maupun pembatasan aturan berdemo.
Seharusnya para mahasiswa dapat belajar mengenai demo mesir, dimana mereka memanfaatkan media social untuk menyebarluaskan informasi dan idealisme mereka. Dan juga dimanfaatkan untuk menembus pembatasaan pemberitaan yang dilakukan oleh pemerintah.
Diharapkan agar para mahasiswa lebih kompak dan menyatukan pandangan mereka terlebih dahulu, agar para mahasiswa dapat menyatukan visi dan misi sebagai kesatuan yang mewakili seluruh mahasiswa di indonesia, dan bergerak bersama secara teratur, kompak, sistematis, dan tidak terpecah-pecah