Mohon tunggu...
Ganis Prahasti
Ganis Prahasti Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah Lepas

Seorang istri dari pria berkebangsaan Jepang dan saat ini tinggal di kota Saitama, Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Kamu, dan Cinta

2 Oktober 2022   10:22 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:24 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa?"

"Karena sejak awal perjuangan ini udah salah. Kita berjuang di lintasan yang gak sama. Dunia aku dan dunia kamu beda, Pram"

"Dunia apa? Karena omongan keluargaku? Kamu merasa tersinggung? Aku minta maaf, Raya"

"Bukan, bukan itu hanya soal itu. Keluarga kamu bener, tapi bukan hanya itu"

"Terus apa?"

"Tuhan kita beda, Pram"

Sejak itu aku dan kamu pun memutuskan untuk tidak lagi berhubungan. Banyak orang yang menyayangkan persahabatan yang telah lama kita jalani. Mereka bilang semua sia-sia. Tapi aku tahu. Tuhan tidak sekejam itu pada umat-Nya. Semua yang kita jalani dalam hidup pasti ada maknanya. Mungkin sekarang masih menjadi sebentuk misteri bagi kita. Namun, aku percaya, makna itu akan mengungkapkan arti sebenarnya. Bukan sekarang, tapi nanti.

******

Bertahun-tahun semenjak kita mengakhiri semuanya, aku sulit untuk menerima orang lain hadir dalam hidupku. Mengisi hariku, menggantikan posisimu di hatiku. Orang-orang disekitarku mengatai aku bodoh yang terlalu lama diperbudak oleh perasaanku untukmu, sehingga membuatku sulit untuk berjalan menjauh dari titik terakhir yang kamu tinggali. Aku berusaha untuk tidak mencari kabar tentangmu. Mungkin bukan kamu yang pergi, tapi aku yang menghindar.

Sore ini, aku menenggelamkan diriku dalam bacaan dan secangkir kopi di hadapanku. Suasana kafe di sudut kota ini selalu mampu menenangkan disaat aku tidak tenang dengan rasa rinduku padamu yang tiba-tiba datang menyapa. Disaat aku sedang menikmati kesendirian ini, seorang pelayan datang menghampiriku. Meletakkan sepiring kudapan manis di mejaku. Aku lantas bertanya dengan bingung dan menjelaskan bahwa aku tidak memesan itu sama sekali. Pelayan itu hanya tersenyum dan mengeluarkan secarik kertas dari kantong seragamnya, lalu memberikannya padaku. Kemudian, dia pun kembali ke meja konter tempat dia bekerja. Masih dengan perasaan bingung, aku membaca kata demi kata yang tergores diatas carikan kertas yang pelayan tersebut berikan.

Mau jadi apapun kamu, perasaan apa yang kita miliki, dan bagaimana akhir yang harus kita hadapi, kita akan tetap sama. Kamu tetap memiliki tempat istimewa di hatiku. Hei kamu, apa kabar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun