Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Sherlock Holmes] Kasus Notif yang Hilang

26 Januari 2016   12:59 Diperbarui: 27 Desember 2016   19:23 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sherlock Holmes & email notification"][/caption]

Aku tiba di Baker Street 221B sekitar pukul 8.30. Disambut oleh Nyonya Hudson, induk semang di tempat tinggal Holmes.

"Oh Watson, untunglah Anda sudah datang, Holmes ada di atas, sejak kemarin siang belum menyentuh makanan."

"Selamat pagi, Nyonya Hudson. Apakah ia merenung di depan perapian atau menggesek biola semalaman?"

"Tidak keduanya, sekarang kan musim panas, dan sunyi."

"Oh!"

"Ia banyak mondar-mandir di kamarnya."

"Oh iya, saya melihatnya dari luar jendela tadi. Itu artinya ia memiliki kasus pelik."

"Belum tentu, karena ia sering kali memandangi foto Nyonya Irene Adler dalam tempo lama."

"Dasar gemblung!"

* * *

"Holmes, Anda kelihatan galau, ada apa lagi ini? Kokain atau morfin?"

"Watson sahabatku, Anda adalah seorang dokter seharusnya tahu, aku resah karena kehabisan keduanya."

"Oh!"

"Ikutlah denganku menemui calon klienku, Kihono, Presdir PT Komasana di kantornya."

"Tumben, biasanya klien yang datang ke sini."

"Karena aku sekalian mau melihat TKP."

"Katanya Anda banyak mengamati foto Irene Adler. Apakah ada hubungannya dengan kasus ini?"

"Tidak. Irene Adler, karena ia mirip Ellen M."

Kelihatannya malah makin rumit dan ke luar fokus. Dasar gemblung.

* * *

Tiba di gedung tujuan, kami berpapasan dengan seorang wanita cantik berkulit susu, berumur sekitar 25-30 tahun, yang baru keluar dari areal ruang kerja presdir. Kami tidak mengenalnya meski rasanya pernah melihat gambar wajahnya.

"Watson, Anda lihat wanita itu?"

"Tentu saja."

"Anda tahu profesinya?"

"Mana mungkin kutahu."

"Itulah, aku melihat matanya, Anda melihat tiga belas inci di bawahnya. Cobalah Anda menganalisisnya."

"Rapi, gesit, analitis, dan berhati-hati. Mungkin seorang psikolog."

"Lawyer!"

"Koq?"

"Ia melirik kantongku!"

Dasar Gemblung.

* * *

Kami menemui sekretaris presdir. Isi baris terakhir di buku tamu di situ membuatku terkejut karena ternyata wanita berkulit susu yang namanya disebut-sebut Holmes itu setahuku berusia sekitar 43-48 tahun. Tapi hal itu tidak mengejutkan Holmes. Ia cuek saja.

"Hai Tuan Holmes dan Dokter Watson, silakan duduk," sambut Kihono sambil menyingkirkan beberapa item dari mejanya.

"Rupanya Anda memiliki keris yang bagus," sergah Holmes yang membuat Kihono terkejut karena tidak ada keris yang terlihat di ruang itu.

"Begini," jelas Holmes, "Anda terlihat masih mengantuk karena belum sempat pulang setelah tugas malam. Tadi malam kan malam satu Suro, dan kulihat ada ember berisi air kembang di pojok situ yang habis digunakan untuk memandikan keris."

"Ha ha ha. Tuan Holmes bisa saja. Sebetulnya cuma keris biasa, warisan dari orang tua."

"Dan pasti Anda adalah seorang pemain catur."

"Lho koq tahu? Padahal ruangan ini sudah saya buat steril dari segala sesuatu yang beraroma catur."

"Tadi ketika memindahkan beberapa item di meja ini, Anda memegangnya seperti menggerakkan buah catur."

Waktu berlalu, tapi belum menyentuh kasus. Dasar gemblung.

* * *

"Janggal!" Holmes setengah memekik melihat gambar penulis di halaman satu bagian atas kiri dari koran yang terletak di atas meja di hadapannya.

Kihono ikut melihat foto itu sambil memiringkan kepalanya, "Ya, memang janggal. Hanya dialah satu-satunya penulis yang fotonya miring ke kiri 36 derajat."

"Bukan, bukan itu. Cobalah perhatikan tag identitas di dadanya. Seharusnya untuk level headliner seperti dia tag-nya biru, bukan hijau."

"Oh!"

Tiba-tiba Kihono melirik lima lampu LED kecil berwarna merah di atas pintu karena salah satunya menyala. Hanya soal kecil, tapi Kihono ingin tahu. Ia menekan tombol interkom di mejanya, bertanya, "Ada apa? Keributan?"

Jawaban dari seberang sana, "Tidak ada yang serius Pak, cuma seorang pelanggan marah-marah karena tim sepak bola jagoannya kalah padahal sudah pakai ganti pelatih segala katanya."

"Koq marah-marahnya di sini?"

"Mungkin ia sedang menjalani terapi, Pak."

"Dasar gemblung!"

"Ya, dasar gemblung," timpalku.

* * *


Misteri notif

Sesungguhnya Kihono bercerita panjang lebar mengenai "comment notification" atau notif di perusahaannya, tapi aku tidak akan menuliskannya di sini, terlalu panjang dan teknis.

"Apakah tidak ada data mirror," tanya Holmes.

"Tentu saja ada. Data selalu tersalin secara real time, jadi setiap saat kami selalu memiliki kopi data yang seratus persen sama. Bahkan mirror itu terletak di gedung yang berbeda sehingga apabila terjadi bencana, misalnya terjadi kebakaran di gedung operasional, kami tetap punya data yang mutakhir. Keberadaan mirror ini sangat kami rahasiakan, bahkan beberapa anggota direksi tidak mengetahuinya."

"Oh, tidak kalah dengan Barclays Bank PLC," aku nyeletuk.

"Dulu Vahami, direktur teknik kami saat itu yang memimpin tim perencanaan dan pengembangannya. Ia juga yang mengimplementasikan dua notif, yaitu untuk komentar dan obrolan. Tapi notif untuk obrolan dihapus karena diprotes para pengguna karena dinilai bikin berisik. Bayangkan kalau ada grup obrolan yang terdiri dari 50 pengguna yang banyak di antaranya nokturnal seperti kalong, bisa-bisa di tengah malam pun smartphone bunyi terus seperti bel elevator pada jam sibuk. Sebaliknya, dengan silent mode, bisa-bisa undangan makan siang dari istana terlewatkan."

"Berarti tidak ada masalah."

"Masalahnya, Vahami mengundurkan diri. Memang ada banyak anggota timnya yang melanjutkan pekerjaannya, tetapi mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik seperti Vahami. Kepada para pengguna, Vahami sudah merekomendasikan dan menceburkan Marizu ke para pengguna, dengan Vahami tetap memantau meskipun sudah jadi mantan. Tapi komunikasi blank."

"Kalau notif itu tidak diutak-utik kan akan beres-beres saja," aku nyeletuk sok tahu.

"Tidak aman juga. Ini adalah sistem yang sangat besar yang terintegrasi, yang mulai akhir semester pertama tahun lalu diperbarui. Komasana hanya sebagian kecil saja dari sistem raksasa itu. Di situ ada Komas, Gramad, dan sebagainya. Kalau tidak terintegrasi, bagaimana hanya dengan satu akun bisa akses di sana sini. Juga, bagaimana dua headline Komasana bisa selalu mejeng di Komas? Dalam sebuah sistem besar yang masih banyak bugs-nya, perubahan atau perbaikan di beberapa modul bisa menyebabkan gangguan di tempat lain yang tadinya dirasa aman-aman saja."

"Kalau ceritanya seperti itu, solusinya tidak sulit, banyak cara dan biasa-biasa saja," jelas Holmes, "paling sederhana, naikkan gaji Marizu dan kawan-kawan, serta perintahkan mereka, terutama Marizu, untuk meniru etos kerja dan kesuksesan Vahami, terutama harus komunikatif dengan pengguna. Cara kedua, sifatnya darurat dan berjangka pendek, yaitu kontrak Vahami selama sebulan dengan waktu kerja suka-suka dia, berikut kewenangan mengkoordinasikan tim kerja yang ada. Cara terakhir adalah, secara hostile, bajak direktur teknik terbaik dari saingan."

"Misget...," hampir berbisik dan lirih, Kihono memandang kosong ke depan.

Holmes tersenyum lebar. Cuma aku sendiri di situ yang tidak mengerti. Misget? Apakah salah ambil modul, modul notif obrolan dikira modul notif komentar? Atau salah ambil orang? Atau..., apakah itu nama orang? Atau kasus baru untuk sekuel?

(Katanya, kalau komunikasi lancar, dalam beberapa hari saja bisa beres, tanpa notif obrolan, tentu saja.)

Salam rindu untuk:
- Fahmi Ardi
- Sir Alexander Chapman "Alex" Ferguson, CBE

Sumber Gambar:
Kiri (Sherlock Holmes): betanews.com
Kanan (email notification): videocloudmanager.com


— •oo 0θ Φ θ0 oo• —

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun