Sebagai perbandingan, lihatlah kejelian NBA (National Basketball Association) dalam memilih Rookie of the Year-nya. Siapa yang tidak kenal Wilt Chamberlain, Kareem Abdul-Jabbar, Larry Bird, dan Michael Jordan? Terbukti pilihan mereka berhasil memotivasi para rookie tersebut untuk akhirnya menjadi para mahabintang yang membuat NBA dan negara mereka bangga. Mereka dipilih sebelum setahun, cukup semusim berkompetisi.
Sebelum inipun, Thamrin Dahlan sudah mengendus potensi Johanis Malingkas sebagai kompasianer yang memang beda. Pada 24 Oktober 2015 ia menulis artikel yang mengusulkan Johanis Malingkas sebagai nomine perwakilan dari Provinsi Sulawesi Utara dalam Kompasianival 2015.
Kompasianer of the Year 2015
[caption caption="Kompasianer of the Year 2015"]
Senang menulis adalah satu hal, tapi menikmati dan bergairah di Kompasiana adalah jauh lebih dari itu. Mike (mi-ke, bukan maik) Reyssent bagaikan kupu-kupu yang berada di taman bunga yang luas dan indah bernama Kompasiana. Ia dengan lincahnya menulis dan menyapa di hampir semua kanal. Berita keras politik, berita aktual kriminal, berita seru sepak bola, kisah tokoh humaniora, cerita konyol hiburan, dan tulisan puitis fiksi, semua ia garap dengan tetap menjaga jumlah pembaca, komentar, dan nilainya. Jadi ia bukan sekadar melepas unek-unek atau curhat, tapi ia memiliki para pembacanya sendiri yang selama ini terkoneksi dengan baik.
Best in Citizen Journalism
[caption caption="Best in Citizen Journalism"]
Aldy M. Arifin biasa membuat reportase dari belantara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ia bagaikan mata dan telinga Kompasiana yang menyuguhkan pemandangan-pemandangan indah pedalaman wilayah kita, lengkap dengan laporan mengenai adat-istiadat, pertanian, transportasi darat dan sungai, serta berbagai keunikan lainnya. Tulisan-tulisannya yang informatif dan aktual itu mengalir dengan semangat tinggi dan mendapat sambutan masif dan hangat dari para pembacanya, padahal belum setahun (mulai 7 Maret 2015) ia bergabung dengan Kompasiana.
Best in Opinion
[caption caption="Best in Opinion"]
Robbi Gandamana menulis tentang Cak Nun beberapa kali. Ada kesamaan antara yang ditulis dan yang menulis, dalam hal "tidak biasa" atau tidak berada di arus utama, dan berani mengemukakannya. Tetapi yang membuatnya menjadi terkenal di Kompasiana adalah ketika ia membuat artikel tanggapan atas artikel komplain Pakde Kartono mengenai tulisan-tulisannya yang menurutnya jarang di-headline-kan. Menariknya, tulisan Robbi menjadi heboh bukan karena masalah headline, tetapi karena bahasa yang digunakan Robbi dinilai vulgar oleh beberapa kompasianer.
Setelah persoalan reda, Robbi menunjukkan kelasnya, piawai menulis dalam bahasa yang "alamiah", lancar, menghibur, dan memikat. Topiknyapun menarik, keseharian, ringan, dan sarat kritik sosial yang terkadang digambarkannya secara lucu. Sejatinya ia adalah seorang ilustrator, bukan berprofesi sebagai penulis.
Best in Specific Interest
[caption caption="Best in Specific Interest"]
Berminat spesifik di bidang lingkungan pastilah menguras energi dan menahan perasaan mengingat kecenderungan masyarakat yang kurang peduli lingkungan. Ngesti Setyo Moerni aktif di Komunitas Peduli Lingkungan Bukit Pamulang Indah (Kopeling BPI) dalam melakukan sosialisasi dan pelaksanaan mengenai lubang resapan biopori, penanaman pohon-pohon di lingkungan, bertanam yang bersih dan ramah lingkungan, serta pengawasan, pelaporan, dan perbaikan jalan-jalan dan saluran air yang rusak atau tidak berfungsi dengan benar.