Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ucapan Natal dan Tahun Baru Bahasa Jawa Model Surakarta dan Yogyakarta

23 Desember 2024   09:24 Diperbarui: 23 Desember 2024   09:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ucapan Natal dan Tahun Baru Bahasa Jawa Model Surakarta dan Yogyakarta

Oleh: Suyito Basuki

Menganalogikan model khas orang Surakarta dan Yogyakarta yang saya tahu, bahwa ada sedikit perbedaan saat mereka mengucapkan salam selamat pagi umpamanya.  Oh ya, hanya memberi sedikit latar belakang saja, mengapa saya bisa membedakan model ucapan berdasarkan kebiasaan dua daerah itu.

Saya selama enam tahun hidup di Surakarta atau Solo pada waktu kuliah di Universitas Sebelas Maret.  Kemudian setelah lulus saya bekerja sebagai tenaga pengajar di STII dan UKRIM yogyakarta selama dua belas tahun.  Selama tiga tahun saya sekolah pedhalangan di Habirandha, sebuah sekolah pedhalangan gagrak atau model Mentaraman yang diinisiasi dan diadakan di lingkungan Kraton Ngayogyakarta.

Maaf bukan untuk pamer tetapi hanya ingin memberi latar belakang mengapa saya mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan antara "wong Solo" dan "wong Jogja" mengucapkan salam selamat pagi.  Dalam hal ini "wong Solo" dan "wong Jogja" sama-sama suka pada tataran bahasa Jawa krama dan krama Inggil, hanya beda pada pilihan kata.


Ucapan Selamat Pagi

Dalam hal "ucapan selamat pagi", wong Solo biasa mengucapkan "wilujeng enjang" sedang wong Jogja mengucapkan "sugeng enjang".  Kata "wilujeng" termasuk tataran krama, dalam kamus bahasa Jawa bermakna "slamet" (Bausastra, Kanisius Yogyakarta, h. 851).  Kata "sugeng" termasuk tataran krama inggil berarti "slamet" juga (Bausastra, Kanisius Yogyakarta, h. 741).  Sedang kata "slamet" sendiri bermakna ora ana apa-apa; ora apa-apa (tidak ada apa-apa, tidak apa-apa), luput saka bebaya (lepas dari bahaya, kecelakaan), waras, kewarasan (sehat) (Bausastra, Kanisius Yogyakarta, h. 729)

Orang Solo atau Jogja saat mengucapkan "wilujeng enjang" ataupun "sugeng enjang" mengandung harapan semoga di pagi hari tersebut segala sesuatunya lancar dan tidak ada hambatan dan kecelakaan dalam aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan.

Selain ucapan "wilujeng enjang" atau "sugeng enjang", tentu juga ada ucapan" wilujeng siang", "wilujeng dalu", "sugeng siang" dan "sugeng dalu".  Semua ucapan mengandung harapan keselamatan dan kelancaran aktifitas dan pekerjaan yang tengah mereka lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun