Turun dari Danau Menjer, kami ke Kawah Si Kidang. Â Saat keluar dari mobil bau belerang dari kawah mulai tercium. Â Para pedagang yang menjual masker mendekat. Â Mereka menawarkan masker sambil berkata bahayanya pengunjung jika tidak menggunakan masker. Â Akhirnya pengunjung membeli masker, dua buah masker dijual lima ribu rupiah. Â Istri membeli untuk kami dan dua orang rekannya.
Di dekat pintu gerbang masuk terdapat tulisan permohonan maaf kepada pengunjung sebab wisata kawah sedang dalam tahap pembangunan. Â Jalan masuk melewati lorong tenda-tenda dari plastik. Â Kanan kiri lorong terdapat para penjual, mulai dari barang dagangan kaos, kacang, jagung rebus, hasil pertanian masyarakat Dieng yang berupa kentang dan lain-lain.
Pengunjung tidak dijinkan mendekat ke kawah, hanya menyaksikan dari jalan yang terbuat dari kayu yang berpagar. Â Di dekat kawah, bau belerang semakin menyengat, apalagi jika uap belerang yang terbawa angin menabrak muka kami. Â Kami pun bisa melihat kawah yang mendidih dan berbuih.
Ada masyarakat yang memanfaatkan kawah kecil untuk memasak telur. Â Telur bebek dan puyuh yang telah dimasak bisa dibeli dan dinikmati oleh pengunjung.
Candi Arjuna
Dari Kawah Si Kidang, kami turun ke Candi Arjuna. Â Diperlukan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di komplek Candi Arjuna ini.
Di komplek Candi Arjuna ini ada 3 buah candi yang berdiri.  Ketiga candi tersebut adalah Candi Sembadra, Candi Puntadewa dan Candi Arjuna.  Sepertinya candi-candi ini didirikan untuk mengenang Pandhawa  dalam kisah Mahabarata.  Ada pun hanya tiga yang berdiri saja, mungkin yang lain belum ditemukan.  Di sekitar candi masih ada tumpukan batu-batu candi yang belum direkonstruksi.
Saya hanya berpikir bahwa para pembuat candi di Dieng itu adalah orang-orang yang luar biasa. Â Untuk naik ke tempat yang tinggi ini saja dengan kondisi jalan pada waktu itu tentu membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Â Apalagi mereka kemudian hidup di alam sunyi demi membuat candi, betapa luar biasanya etos kerja mereka. Â Tanpa ada penyerahan diri dan dedikasi yang tinggi terhadap Sang Pencipta alam ini, mustahil candi-candi ini bisa berdiri.