Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kreak Semarang, Kultur Kekerasan yang Perlu Diwaspadai

27 September 2024   11:17 Diperbarui: 27 September 2024   11:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itulah mereka disebut 'kreak' yang merupaka akronim bahasa Jawa 'kere' menunjukkan orang yang miskin dan 'mayak' menurut bahasa Jawatimuran yang berarti sok-sokan, belagu, istilah orang Semarang kemaki atau kemlinthi.

Dulu di Semarang ada istilah 'korea'.  Istilah ini muncul sebelum ada drama-drama Korea di tivi seperti sekarang ini.  Atau juga istilah ini digunakan sebelum adanya mobil-mobil Korea seperti Hyundai, KIA, Daewoo yang sekarang ini banyak digunakan masyarakat Indoensia. Istilah 'korea' digunakan untuk menunjuk orang yang lemah secara ekonomi.  Para pengemis seringkali disebut dengan istilah 'korea' ini.  Saya sebagai orang yang tumbuh besar di Semarang sampai hari ini belum tahu mengapa istilah 'korea' itu digunakan dan pernah populer pada masanya.

Kreak versus klithih

Kita coba memadankan istilah 'kreak' dengan istilah 'klithih',  meski sebetulnya istilah 'klithih' yang saat ini populer di Jogja menunjuk pada kegiatan kesaharian yang netral.  Arti dari kamus 'klithah-klithih' adalah tansah mlaku wira-wiri (semu nggoleki, bingung lsp) (Bausastra terbitan Kanisius h. 400).  Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia 'klithah-klithih' adalah berjalan hilir mudik seperti mencari sesuatu dan agak bingung.

Namun dalam perkembangannya, kata 'klithih' itu sendiri sekarang merujuk pada kriminalitas remaja.  Mereka tanpa sebab melukai bahkan bisa saja membunuh korban yang tidak ada persangkutan apa-apa.  Mereka berbuat seperti itu bisa karena iseng atau untuk membuat status keberanian meningkat levelnya di kalangan mereka.

Kreak dan klithih memiliki kultur yang sama, yakni kekerasan dengan disertai persenjataan berupa alat-alat tajam.  Hanya saja kalau kreak lebih bersifat komunal dan bertujuan untuk tawuran, sedangkan klithih melakukan aktifitas melukai seseorang dengan tujuan demi harga diri. 

Baik kreak maupun klithih bisa berkembang menjadi suatu kelompok yang pada akhirnya sangat membahayakan masyarakat luas.  Masyarakat tidak akan lagi merasa aman untuk melakukan sebuah perjalanan kerja dan keperluan lainnya, terutama di malam hari.

 

Daerahku dicap berbahaya

Di Grup WA perumahan, ada info daerah-daerah yang dicap berbahaya disebutnya dengan zona merah, sehingga warga perumahan diminta untuk ekstra hati-hati jika melewati daerah itu. Eh, ternyata di dalam daftar daerah yang berbahaya itu termasuk daerahku juga.

Berdasar info dari Kepolisian, terkait peristiwa tawuran remaja yang disebut kreak itu.  Beberapa daerah yang dianggap berbahaya di Semarang adalah sebagai berikut: 1. Tlogosari, 2. Sampangan, 3. Kelud, 4. Genuk, 5. Arteri, 6. MT.Haryono, 7. dr.Cipto, 8. Semarang Utara, 9. Gunung Pati, 10. Gayamsari, 11. Tembalang (indikasi), dan 12. Pedurungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun