Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kreak Semarang, Kultur Kekerasan yang Perlu Diwaspadai

27 September 2024   11:17 Diperbarui: 27 September 2024   11:20 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Radar Semarang - Jawa Pos

Kreak Semarang, Kultur Kekerasan yang Perlu Diwaspadai

Oleh: Suyito Basuki

Istilah 'kreak' merebak di daerah Semarang Raya, yakni Kodya Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, Salatiga dan sekitarnya.  Istilah ini menjadi buah bibir masyarakat atas tanggapan kejahatan remaja yang seperti jamur tumbuh di musim penghujan di lingkungan Semarang Raya.

Sejak video viral tawuran remaja di Jl. Dr. Cipto Semarang beberapa waktu lalu, dimana di video yang sudah beredar luas para remaja yang tawuran itu menggunakan senjata tajam, jenis clurit panjang  yang diacung-acungkan ke arah lawan. Kemudian peristiwa seperti berturutan terjadi, hampir mirip, hanya lokasinya lain saja.

Di Bandungan yang masuk wilayah Kabupaten Semarang juga terjadi tawuran antaranak sekolah.  Mereka masih SMP tetapi di antara mereka ditemukan oleh polisi clurit panjang dan senjata lain yang berbahaya.

Terjadi juga kemudian arak-arakan bermotor remaja di malam hari yang mengacung-acungkan senjata mirip clurit panjang di daerah Babadan yang masuk wilayah Kabupaten Semarang.  Tentu saja hal itu membuat miris para pengguna jalan.

Belum lama juga ada berita bahwa di jalur Tuntang ke arah Bringin juga ada kelompok remaja bersenjatakan tajam yang membahayakan pengguna jalan.  Jalan Tuntang arah Bringin dan sebaliknya itu adalah jalan alternatif jika ingin menghindari kemacetan di Semarang.  Jika orang mau melakukan perjalanan ke Jepara misalnya, bisa melewati jalur ini.  Dari Tuntang - Bringin - Kedungjati - Gubug  - Demak - Jepara.  Perlu diketahui bahwa jalur ini banyak ruas jalur jalan yang sepi karena melewati hutan jati.

Kreak versus Korea

Istilah 'kreak' sebagaimana dijelaskan oleh https://radarsemarang.jawapos.com, sebenarnya awalnya menunjuk kepada gaya hidup yang sok-sokan atau sombong padahal mereka, kebanyakan anak muda itu adalah orang-orang yang memiliki taraf ekonomi yang tidak mampu.   

Mereka tampil dengan fashion yang populer, berpakaian seperti orang-orang kota besar, baik warna yang mencolok maupun modelnya.  Selain itu mereka meniru potongan rambut celebritis ternama dan mengikuti trend yang sedang viral.

Oleh karena itulah mereka disebut 'kreak' yang merupaka akronim bahasa Jawa 'kere' menunjukkan orang yang miskin dan 'mayak' menurut bahasa Jawatimuran yang berarti sok-sokan, belagu, istilah orang Semarang kemaki atau kemlinthi.

Dulu di Semarang ada istilah 'korea'.  Istilah ini muncul sebelum ada drama-drama Korea di tivi seperti sekarang ini.  Atau juga istilah ini digunakan sebelum adanya mobil-mobil Korea seperti Hyundai, KIA, Daewoo yang sekarang ini banyak digunakan masyarakat Indoensia. Istilah 'korea' digunakan untuk menunjuk orang yang lemah secara ekonomi.  Para pengemis seringkali disebut dengan istilah 'korea' ini.  Saya sebagai orang yang tumbuh besar di Semarang sampai hari ini belum tahu mengapa istilah 'korea' itu digunakan dan pernah populer pada masanya.

Kreak versus klithih

Kita coba memadankan istilah 'kreak' dengan istilah 'klithih',  meski sebetulnya istilah 'klithih' yang saat ini populer di Jogja menunjuk pada kegiatan kesaharian yang netral.  Arti dari kamus 'klithah-klithih' adalah tansah mlaku wira-wiri (semu nggoleki, bingung lsp) (Bausastra terbitan Kanisius h. 400).  Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia 'klithah-klithih' adalah berjalan hilir mudik seperti mencari sesuatu dan agak bingung.

Namun dalam perkembangannya, kata 'klithih' itu sendiri sekarang merujuk pada kriminalitas remaja.  Mereka tanpa sebab melukai bahkan bisa saja membunuh korban yang tidak ada persangkutan apa-apa.  Mereka berbuat seperti itu bisa karena iseng atau untuk membuat status keberanian meningkat levelnya di kalangan mereka.

Kreak dan klithih memiliki kultur yang sama, yakni kekerasan dengan disertai persenjataan berupa alat-alat tajam.  Hanya saja kalau kreak lebih bersifat komunal dan bertujuan untuk tawuran, sedangkan klithih melakukan aktifitas melukai seseorang dengan tujuan demi harga diri. 

Baik kreak maupun klithih bisa berkembang menjadi suatu kelompok yang pada akhirnya sangat membahayakan masyarakat luas.  Masyarakat tidak akan lagi merasa aman untuk melakukan sebuah perjalanan kerja dan keperluan lainnya, terutama di malam hari.

 

Daerahku dicap berbahaya

Di Grup WA perumahan, ada info daerah-daerah yang dicap berbahaya disebutnya dengan zona merah, sehingga warga perumahan diminta untuk ekstra hati-hati jika melewati daerah itu. Eh, ternyata di dalam daftar daerah yang berbahaya itu termasuk daerahku juga.

Berdasar info dari Kepolisian, terkait peristiwa tawuran remaja yang disebut kreak itu.  Beberapa daerah yang dianggap berbahaya di Semarang adalah sebagai berikut: 1. Tlogosari, 2. Sampangan, 3. Kelud, 4. Genuk, 5. Arteri, 6. MT.Haryono, 7. dr.Cipto, 8. Semarang Utara, 9. Gunung Pati, 10. Gayamsari, 11. Tembalang (indikasi), dan 12. Pedurungan.

Daerahku, Sampangan dan Kelud, sebelumnya adalah daerah yang dikenal baik terbukti dulu adaa kampus IKIP Semarang dan kampus-kampus di daerah Sampangan aman-aman saja.  Yang aku alami daerah ini karena berangkat sebagai daerah pinggiran, masyarakatnya guyub dan anak mudanya paham akan sopan santun dan tata krama sebagaimana adat yang berlaku.  Tetapi kalau sekarang ada perubahan kultur masyarakat, terutama anak mudanya karena berbagai pengaruh lingkungan atau dunia media sosial bisa saja terjadi.  Hal-hal yang berbau kekerasan itulah yang kemudian kita tonton akhir-akhir ini.  Hal itu perlu kita waspadai!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun