Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hati-Hati, Flexing Bisa Berujung Petaka

23 September 2024   13:19 Diperbarui: 26 September 2024   12:40 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi flexing: KOMPAS/HERYUNANTO

Hati-hati, Flexing Bisa Berujung Petaka

Oleh: Suyito Basuki

Baru saja terjadi di Bogor, gara-gara seorang istri berusia 27 (R) flexing atau pamer rumah mewahnya di Tik-Tok datang kemudian 4 orang perampok menyatroni rumahnya itu.

Disebutkan dalam berita bahwa suami R yang bernama H (27) meninggal karena dianiaya, jasadnya dimasukkan ke dalam mobil yang terparkir di garasi.

Sementara itu disebutkan pula R mengalami luka di bagian kepala, sedang N (55) ibu R juga alami luka serius di bagian kepala dan A (10) anak R alami luka memar di kepala.

Sebelumnya R membuat konten dengan merekam rumahnya mulai dari dari depan, ruang tamu, ruang keluarga, dapur hingga kamar bahkan dari proses pembangunan hingga selesainya rumah itu. (https://belitung.tribunnews.com)

Sumber gambar: Tribunnews.com
Sumber gambar: Tribunnews.com
Sebelum medsos

Sejak dunia medsos berkembang pesat, maka dunia medsos tidak sekedar menjadi penyampai berita dan pesan saja, namun berubah menjadi sarana mendapatkan pengakuan dan membangun citra elegan.

Keberhasilan hidup seseorang yang dahulu hanya dipercakapkan dari mulut ke mulut, sekarang ini melalui dunia medsos dapat dikisahkan dengan ilustrasi gambar hidup yaitu video.

Dulu sebelum dunia medsos berkembang, maka peristiwa mudik setahun sekali saat hari besar menjadi sarana pamer kisah keberhasilan bekerja di kota. 

Untuk memberi ilustrasi keberhasilan usaha dan hidup di kota, maka tidak segan-segan sebuah keluarga akan membawa mobil yang bagus berikut pakaian yang bagus-bagus juga yang dipakai untuk ditunjukkan kepada keluarganya di kampung.

Fenomena di kota saya, saat menjelang hari raya, maka toko-toko emas ramai dengan pembeli. Para pembeli bisa panjang antreannya. Namun saat usai hari raya, maka gantian yang ramai pengunjung, yakni pegadaian.

Perhiasan yang telah dibeli dan dipertontonkan kepada sanak keluarga saat hari raya, maka setelah itu digadaikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 

Antara bangga dan pamer

Berkisah tentang keberhasilan usaha barangkali memang ada perasaan bangga.

Dulu saat pergi dari kampung hanya membawa beberapa helai pakaian dan uang tabungan yang tidak banyak.

Setelah bekerja dengan sungguh-sungguh disertai dengan penghematan yang luar biasa, maka tiga puluh tahun kemudian bisa hidup lebih baik, bisa beli rumah, beli ini dan itu serta dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang diharapkan.

Cerita keberhasilan itu sungguh membanggakan dan tentunya memberi inspirasi bagi orang-orang kampung yang mendengarnya.

Alhasil memang kemudian orang-orang kampung yang mendengar cerita keberhasilan saudara atau tetangganya, akan berlomba untuk juga mengadu nasib di kota.

Ini yang kemudian menjadi sebuah masalah demografi dimana banyak penduduk kampung yang berurbanisasi, meninggalkan kampung dan kemudian hidup di kota.

Saya memiliki teman, saat dia sekolah di sebuah STM di kota kami, dia harus berjalan kaki ke sekolahnya berkisar 10 Km.

Jadi kalau dihitung jarak berangkat dan pulang, maka jarak yang ia tempuh dengan berjalan kaki berkisar 20 Km. Hal itu dia lakukan dengan satu tekad bahwa pendidikan akan mengubah nasib seseorang. Empat tahun kemudian dia lulus dari sekolahnya.

Saat saya bertemu 30 tahun kemudian, dia sudah memiliki usaha alat timbang di kota besar, memiliki sebuah PT yang berkembang usahanya di Kalimantan.

Dia sudah membeli rumah yang dulu ia kontrak. Selain rumah yang ia kontrak, ia juga membeli rumah di sebelahnya, digunakan untuk perkantoran.

Terakhir bertemu 2 tahun yang lalu, dia bercerita mengembangkan usaha dengan membeli sebuah lahan beberapa hektar dan ditanami pohon durian, selain masih juga beternak anjing jenis yang mahal.

Cuma hebatnya teman saya ini, sampai sekarang dia tidak pernah menunjukkan keberhasilannya itu di dunia medsos.

Saya pernah menulis kisah keberhasilannya itu di sebuah majalah dan setelah itu diterbitkan pula dalam buku antologi kisah-kisah yang menginspirasi.

Waspada saat flexing

Flexing atau memamerkan keberhasilan hidup di dunia medsos saat ini perlu dipertimbangkan.

Jika memang harus flexing, sebaiknya flexing yang menginspirasi orang lain supaya gigih berusaha dan melecut semangat hidup orang lain yang sedang terpuruk.

Oleh karena itu, flexing yang dilakukan tidak fokus pada benda-benda atau properti yang dimiliki secara lengkap. 

Flexing yang disertai dengan narasi dan video yang dengan lengkap menggambarkan obyek properti secara detail, termasuk berapa nilai kekayaan yang dimiliki itu sangat berbahaya.

Kejadian berikutnya mungkin kurang lebih sama dengan peristiwa sebuah keluarga di Bogor itu.

Meski pada awalnya hanya ingin memamerkan kehidupan yang sudah berhasil, tapi pada akhirnya gambaran detail rumah dan properti yang dimiliki akan menjadi jalan orang-orang yang berbuat jahat dapat mempelajari situasi dan dengan jitu saat mengeksekusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun