Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Pameran Lukis Godod Sutejo, Lukisan Alam Sepi Bisa Jadi Terapi

17 Agustus 2024   11:13 Diperbarui: 20 Agustus 2024   13:34 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gradasi warna dan obyek yang kecil (foto: Yahya Kumarawangi)

Terkait dengan tajuk "Manjing" dalam pameran lukis ini, Yaksa Agus berpendapat bahwa, "Godod sudah waktunya Manjing Empu, Manjing Legenda atau mungkin sudah Manjing Maestro untuk jalan kesenian yang dilaluinya dengan perih, getir, bahagia, berat dan ringan sudah tak bisa lagi dibedakan."

 Konsistensi Karya

Terhadap lukisan yang dikerjakan, Godod Sutejo memiliki konsep dasar kreatifitas yang unik. Baginya,"Membaca kedalaman lukisan ini lebih arif jika dengan mata hati. Keluasan alam dan kecilnya manusia di tengah semesta adalah bobot penghayatan eksistensi penghayatan pada kekuatan alam sebagai bagian dari ayat-ayat Tuhan. Suasana hati damai dan penuh cinta kasih bukan pada lapis permukaan yang dihadirkan secara wantah dan amat dekat, justru dalam kejauhan itu tiap- tiap diri manusia selalu nampak sama tetapi beda. Sekaligus, mereka selalu dalam aktifitas, cermin dari manusia yang berbuat dengan tetap punya perasaan pasrah sumarah kepada kuasa Yang Maha Luas."

Keluasan alam dan kecilnya manusia di tengah alam semesta itu selalu dimunculkannya dalam setiap lukisannya. Godod Sutejo yang lulus tahun 1977 di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) sebagai Sarjana Muda (BA) dan kemudian lulus sarjana dengan gelar Drs tahun 1982 di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (Institut Seni Indonesia) menampilkan lukisan dalam pameran ini dengan lukisan yang dibuatnya di tahun 1980 hingga tahun 2024.

Lukisan yang dibuatnya di tahun 1980 berjudul Adu Domba Acrylic on Canvas 80 X 80 cm, Merapi Merbabu Acrylic on Canvas 200 x 200 cm di tahun 2015, Krakatau Acrylic on Canvas 200 x 200 cm di tahun 2015, Mendapat Rezeki Acrylic on Canvas 200 x 200 cm di tahun 2022 selebihnya dibuatnya di tahun 2024 ini seperti Kontes Kutut Katuranggan 1 dan 2 Acrylic on Canvas 80 x 60 cm,yang dipuji Subroto Sm karena tiang gantangan yang lurus itu dibuat oleh manual lukisan tangan tanpa menggunakan penggaris.

Banyak lukisan yang dibuat di tahun 2024, sebut saja Arak-arakan Sesaji Acrylic on Canvas 100 x 70 cm, Borobudur 7 Penjuru Dunia 160 x 145 cm, 2024, Berburu Katuranggan Acrylic on Canvas 80 x 60 cm, Dewi Kemakmuran Acrylic on Canvas 160 x 130 cm, Do'a Sekalian Alam Acrylic on Canvas 100 x 70 cm, Iring-iringan Do'a Acrylic on Canvas 130 x 130 cm, Hasaka Bulan Pangaksama Acrylic on Canvas 150 x 120 cm, dan lain-lain.

Terpesona amati karya (foto: Yahya Kumarawangi) 
Terpesona amati karya (foto: Yahya Kumarawangi) 

Seorang pengunjung pameran, Miko, mahasiswa UNY asal Jepara yang sedang mengerjakan skripsinya itu, mengetahui pameran dari temannya dan instagram mengaku baru pertama kali ini melihat pameran seni rupa. 

Menurutnya pameran ini menarik, karena melihat banyak lukisan yang dipajang yang punya ciri khas lukisan dengan obyek-obyek kecil.

Karya favoritnya terhadap lukisan yang dipajang adalah Gunung Krakatau dan Mancing Rejeki. Miko terkesan dengan display pameran yang simpel. "Kita bisa merasakan rasa kesepian seorang seniman," demikian ujar Miko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun