Bahan pembuatan es pung-pung itu terdiri dari: tepung hunkwee, tepung kanji, santan kelapa, gula, garam, air kelapa.
Cara membuatnya tepung hunkwee dan tepung kanji diberi air kemudian dimasak. Â Harus diaduk-aduk supaya tidak terlalu kental. Â Setelah agak kental kemudian dicampur dengan santan dan gula di tempat yang telah disiapkan. Â Kemudian diaduk sehingga menjadi sebuah adonan. Â Sesudah itu diberi garam secukupnya.
Tempat yang digunakan untuk adonan itu adalah wadah yang lonjong, terbuka di atasnya, yang biasa digunakan untuk berjualan. Â Di sekeliling wadah itu diberi es batu bongkahan kecil-kecil dan ditaburi garam. Â Setelah itu mulailah proses memutar wadah itu sampai adonan itu menjadi agak keras. Â Memutarnya tentu memakai tangan, manual. Â Bunyinya krasak-krasak.
Setelah es itu jadi kemudian ditutup, es batu masih berada di sekitar wadah. Â Es pung-pung atau es puter siap dijajakan dengan gerobak dorong. Â Bilahan bonang ditabuh: pung...pung...pung...pung.
Model Pikulan
Di Semarang bagian kota, cara menjual es pung-pung itu ada yang dijajakan dengan cara pikulan. Â Model pikulan ini biasanya dilakukan di malam hari. Â Penjualnya menggunakan lonceng sebagai penanda keberadaannya, sehingga setiap kali berjalan akan terdengar bunyi klinting-klinting dari tangan bapak penjualnya. Â Itu penanda bakul pikulan es puter lewat.
Jika es pung-pung menggunakan tube atau conthong untuk mewadahi es krimnya; maka model pikulan menggunakan gelas seperti mangkok kecil yang memiliki leher dan kaki bundar.
Rupanya kenikmatan es krim puter tidak saja dinikmati oleh anak-anak, tetapi juga orang-orang dewasa. Â Sampai hari ini pun es krim puter itu masih eksis. Â Bahan pembuatan dasar sama tetapi dikembangkan dengan toping rasa bermacam-macam tergantung selera. Â Bisa rasa coklat, strawbery dan lain-lain.Â
Di hajatan orang punya kerja perkawinan, jika cara makannya dilayani atau istilahnya piring terbang, maka es puter disajikan sebagai penutup, sebagai pencuci mulut. Â Namun apabila makanan disajikan secara prasmanan, maka bebas saja tamu menikmati es krim puter ini sebelum makan soto (jika ada soto lho ya) atau sesudahnya. Â Ketika menghadiri hajatan, jarang saya mengambil es krim puter ini karena mengingat kandungan gulanya yang tinggi. Â Atau sesekali saya mengambil, menikmatinya berdua dengan istri, hanya untuk mengenang masa kanak, aduhainya makan es puter atau es pung-pung ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H