Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Kontroversi Prosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat Semarang

22 Juli 2024   09:45 Diperbarui: 22 Juli 2024   13:11 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramainya pengunjung prosotan di bendungan (detik.com)

Kontroversi Prosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat Semarang

Oleh: Suyito Basuki

Akhirnya, sebagaimana yang disiarkan Kompas.tv, ada sekelompok orang yang ternyata para juru parkir menyampaikan permohonan maaf kepada TNI dan janji tidak lagi menggunakan Bendungan Pleret Kaligarang Semarang sebagai wahana permainan prosotan.  Nampak dalam siaran, sekelompok orang dengan diapit oleh anggota TNI menyampaikan pernyataan itu.  Pernyataan disampaikan seorang yang mewakili.

Padahal sebelumnya TNI saat mengingatkan bahayanya prosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat Semarang itu, sejumlah orang menolak.  Bahkan seseorang yang kemungkinan merekam video tersebut, jelas menantang dan berkata bahwa tindakan TNI melarang itu hanya mencari muka dan akan diviralkan.  Mungkin dengan memviralkan pelarangan oleh TNI itu diyakini berdampak mereka akan didukung netizen dan masyarakat.  Video tersebut diunggah di jagad twitter.

 

Permainan Warga Sejak Kecil

Dalam percakapan di video pelarangan oleh TNI itu, si perekam video terdengar memberi komentar bahwa prosotan di Bendengan Pleret Banjir Kanal Barat itu dilakukannya sejak masih kecil.  Pertanyaannya, mengapa sekarang dilarang?

Saya yang mengabiskan masa kecil di Kampung yang dulu bernama Karangkumpul Kecamatan Semarang Selatan, paham dengan apa yang diucapkan oleh perekam video itu, bahwa permainan prosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal itu dilakukan anak-anak sekitar bendungan sejak tahun 1970-an.  Kampung tempat saya tinggal itu yang sekarang bernama Desa Gajah Mungkur, berjarak sekitar 1,5 Km dengan Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat yang saat ini sedang diramaikan.

Saat usia SD saya membantu menemai ibu atau kakek belanja kulakan di Pasar Lemah Gempal atau Pasar Bulu Semarang.  Untuk sampai di pasar tersebut, maka dari rumah kami, kami naik becak atau bersepeda melewati kampung Petompon, Kaligarang, kemudian Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat itu, baru sampailah ke pasar Lemah Gempal atau Pasar Bulu yang kami tuju.

Kemudian saya sering melewati jalur itu dengan bersepeda saat bersekolah di SMP Lab. IKIP Semarang yang terletak di Jl. Amarta dekat Pasar Karang Ayu Semarang Barat.  Melihat anak-anak dengan bertelanjang dada bermain prosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat itu sebagai pemandangan yang biasa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun