Jembatan Biru, di Pagi Hari Sangat Syahdu
Oleh: Suyito Basuki
Sedianya pagi ini hanya mau pindah tempat lakukan jalan sehat untuk bakar kalori. Â Biasanya, kalau lagi sedang rajin, maka lokasi yang sering dan pernah menjadi tempat jalan sehat adalah Lapangan Tambakboyo, jalan masuk Warung Makan Kampung Rawa, jalan beton dekat Benteng Pendhem dan tempat parkir Goa Maria Kerep. Â Dari lokasi tempat tinggal kami Tambakboyo Ambarawa, tempat-tempat yang saya sebut di atas berjarak 0,5-2 kilometer saja.Â
Biasanya jalan sehat pun saya lakukan tidak menggunakan waktu yang lama. Â Setelah mengantar istri ke sekolah, tugas mengajar di SMA Negeri 1 Ambarawa, paling butuh sekitar 30-60 menit untuk jalan sehat itu. Â Jalan sehat yang menyegarkan tubuh, sedikit berkeringat, membuat semangat sesampai rumah mengerjakan jadwal rutin, menulis artikel untuk Kompasiana, membuat renungan harian bahasa Jawa dan mempersiapkan bahan kotbah. Â Oh ya ada rencana menulis buku Tafsir Kitab Amsal dan menyiapkan penulisan sejarah sebuah gereja, karena ada rekan yang memintanya serta aktifitas-aktifitas ringan lainnya.
Pagi ini pilihan jatuh ke lokasi Jembatan Biru. Â Sekali menyelam minum air, karena saya sedang lakukan perjalanan dari Ambarawa mau ke Pabelan, daerah yang masuk Kabupaten Semarang, berhimpitan dengan Kodya Salatiga. Â Rencana mau menengok anak yang kuliah di UKSW yang semalam mengeluh kurang enak badan. Â Perjalanan motor pagi itu lewat jalan alternatif ke arah Tuntang, dimana melewati Jembatan Biru.
Â
Dulu Sempat Ramai
Jembatan Biru terletak di Desa Sumurup Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Â Desa Sumurup adalah desa yang terletak di pinggir Rawa Pening. Â Mengapa dinamakan Jembatan Biru? Â Hal ini disesuaikan jembatan yang dicat dengan menggunakan warna biru. Â Warna biru itu sudah kusam. Â Kata istri saya, dulu Jembatan Biru ini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, berfoto ria dengan latar belakang pemandangan Rawa Pening yang menghampar luas sejauh mata memandang.
Masyarakat Desa Sumurup nampaknya menyadari bahwa keunikan daerah mereka akan dapat mendatangkan rejeki yang lumayan. Â Oleh karena itu jalan masuk ke Jembatan Biru dibangun aspal hotmix, luas dan ada sarana parkir yang dibangun untuk motor. Untuk parkir mobil bisa di halaman rumah makan yang dibangun di depan jalan masuk Jembatan Biru.
Wisata rawa adalah yang coba dikembangkan masyarakat Desa Sumurup ini. Â Oleh karena itu, selain kulinerannya dengan andalan menu masakan ikan rawa, juga menyusuri Rawa Pening dengan perahu mereka tawarkan. Â Oleh karenanya disediakan perahu dengan kapasitas maksimal 6 orang untuk mengelilingi Rawa Pening. Â Untuk bagi pasangan yang mau menyewa perahu untuk pre wedding, dikenakan tarif tersendiri.