Sebetulnya masyarakat Jawa sudah terbiasa akan hal ini. Â Oleh karenanya ada istilah "mangsa mbedhidhing". Â Kata "bedhidhing" dalam Kamus Bahasa Jawa disebut sebagai "mangsa adem (lumrahe ing wayah bengi mangsa ketiga)". (Bausastra, Kanisius, h. 55) Dalam bahasa Indonesia: musim dingin biasanya pada waktu malam di musim kemarau.
Saat "mangsa mbedhidhing" ini biasanya peternak lebih berhati-hati pada hewan piaraannya. Â Bangsa unggas, yakni ayam, bebek, burung yang tidak tahan dengan hawa dingin ini akan mudah terserang penyakit dan mati. Â Pada masa ini peternak yang tidak ingin hewan ternaknya berjatuhan harus menyediakan pakan ekstra bergizi dan jika perlu vitamin-vitamin diberikan.
Bagi para lansia dan anak-anak, hawa dingin ini biasanya kurang bersahabat. Â Mereka mudah terserang batuk dan penyakit lainnya. Â Oleh karena itu pada mangsa mbedhidhing ini kesehatan lansia dan anak-anak terutama perlu diperhatikan. Â Asupan bergizi dan istirahat cukup merupakan sebuah solusi bijaksana bagi mereka. Â Tidak saja bagi lansia dan anak-anak, tetapi bagi semua orang, untuk menjaga kesehatan, stamina perlu diperhatikan dan tidak keluar malam, kecuali sangat diperlukan. Â Pada musim mbedhidhing ini, biasanya angin bertiup kencang disertai hawa dingin yang sangat terasa.
Matahari Condong ke Utara?
Ada sebuah akun di twitter yang menyebutkan bahwa hawa dingin yang dirasakan, khususnya di Pulau Jawa karena disebabkan matahari yang condong ke belahan bumi bagian utara. Â Hal ini disebabkan sumbu rotasi bumi yang miring kurang lebih 23,5 derajat terhadap bumi. Â Belahan Bumi Utara yang relatif hangat membuat angin dari belahan Bumi Selatan (Australia) yg mengalami musim dingin bergerak menuju Indonesia. Indonesia khususnya Jawa - NTT yang relatif berada di Selatan equator jadi terasa lebih dingin dari biasanya. (Georitmus@zakiberkata)Â Â Angin dari Australia ini yang sering juga disebut sebagai angin muson timur.
Menurut BMKG sebagai mana yang dijelaskan oleh Deputi Bidang Meteorologi, Drs. Mulyono R. Prabowo, M.Sc.bahwa  fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim Indonesia, khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT kandungan uap di atmosfer cukup sedikit.  Hal ini yang menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin.
"Pada saat puncak kemarau, memang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan. Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara," demikian Mulyono R. Prabowo. (https://www.bmkg.go.id/berita/?p=penjelasan-bmkg-terkait-aphelion-suhu-udara-dingin-dan-embun-beku&lang=ID&tag=press-release)
Pengaruh Aphelion?
Tersebar informasi bahwa hawa dingin saat ini karena fenomena Aphelion. Â Menurut informasi berdasarkan fenomena Aphelion ini adalah bahwa bumi memiliki jarak yang jauh dengan matahari. Â Ada yang mengatakan bahwa matahari meninggalkan bumi, sehingga bumi kehilangan kehangatan matahari. Â Dengan demikian maka bumi menjadi berhawa dingin.
Deputi Bidang Meteorologi, Drs. Mulyono R. Prabowo, M.Sc dalam hal ini menyanggah hal itu. Â Menurutnya berdasakan sumber yang sama, fenomena Aphelion yang tengah terjadi bersamaan, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menurut Mulyono R. Prabowo yang menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia.
Nah, di daerahku Ambarawa Kabupaten Semarang dan Karanggondang Mlonggo Jepara sedang dilanda hawa dingin. Â Kalau di daerahmu?